21 Januari 2010

Evaluasi Tumbuh Kembang

Evaluasi Tumbuh Kembang

Penilaian pertumbuhan ;
* Fisik
* Gizi
* Maturitas

Penilaian perkembangan :
* Milestone
Indikator pertumbuhan fisik
Bayi : * BB, PB, O kepala
* Penutupan ubun-ubun, gigi geligi

Anak : * BB, TB, O kepala
* Panjang segmen tubuh, ekstremitas, rentang tangan, tinggi duduk

Remaja : * BB, TB,
* Lap. kulit, lemak otot, O lengan atas,
* Sex Maturity Rating (SMR)


Berat badan
Alat : timbangan bayi, dacin, t. berdiri
Timbangan elektronik lebih tepat
Bayi : telanjang
Anak : Baju dalam
Jarum penunjuk selalu pada angka 0
Timbangan harus ditera secara berkala

BBL : 2,7 – 4,1 kg
Mg I : BB turun tidak > 10%
Mg II : BB minimal = BBL
Tw I : naik 150-250 g/mg
Tw II : naik 500-600 g/bl
Tw III : naik 350-450 g/bl
TW IV : naik 250-350 g/bl
Atau :
5-6 bl : 2 x BBL
1 th : 3 x BBL
2 th : 4 x BBL
5 th : 5 x BBL
Tinggi badan
Bayi s/d usia 2 tahun:
posisi berbaring, alat infantometer
 panjang badan

Anak > 2 tahun :
posisi berdiri alat stadiometer
 tinggi badan

Lahir : + 50 cm
1 th : 1 ½ x PBL
4 th : 2 x PBL
5 th : 2 x PBL + 5 cm
13 th : 3 x PBL
Formula praktis utk anak > 3 th
BB = 8 + 2 n kg

PB(TB) = 80 + 9 n cm

n ; umur dalam tahun
Lingkaran kepala

Alat : pita metal yg fleksibel
Lingkaran oksipitofrontal, dari oksiput melingkar kearah supraorbita & glabela
Terutama untuk bayi sp anak usia 3 tahun
Lahir : 33 – 35,6 cm
1 th : 43,2-45,7 cm
2 th : 49,5-52,1 cm
Dewasa : 52,1-55,1 cm
Tebal lipatan kulit

Alat : kaliper lipatan kulit Harpenden
Kulit dicubit sampai terpisah dari otot dasarnya.
Diukur didaerah triceps, subskapular atau krista iliaka
Lingkaran lengan atas
Alat : pita skala Shakir
Disederhanakan oleh Morley  warna hijau, kuning, merah
Dilingkarkan pada pertengahan lengan atas, lalu dilihat pada pita ukur.
Pertumbuhan Gigi
6 – 8 bl : gigi I
2 th : gigi susu lengkap (20 buah)
6 th : gigi permanen I (24 buah)
12 th : gigi permanen II (28 buah)
18-20 th : gigi permanen III (32 buah)

Gigi primer


Gigi Erupsi (bln) Terlepas (thn)
Maks. Mand. Maks. Mand.
Insisivus med. 6-8 5-7 7-8 6-7
Insisivus lat. 8-11 7-10 8-9 7-8
Kaninus 16-20 16-20 11-12 9-11
Molar I 10-16 10-16 10-11 10-12
Molar II 20-30 20-30 10-12 11-13

Gigi sekunder
Gigi Erupsi (thn)
Maksila Mandibula
Insisivus med. 7-8 6-7
Insisivus lat. 8-9 7-8
Kaninus 11-12 9-11
Premolar I 10-11 10-12
Premolar II 10-12 11-13
Molar I 6-7 6-7
Molar II 12-14 12-13
Molar III 17-22 17-22

Umur tulang
Metode Atlas (Greulich Pyle)
* Menilai epifisis tlg radius, ulna, metakarpal dan karpal
* Dibandingkan dengan atlas standar
Metode Tanner
* Menggunakan skor yg dijumlahkan
* Dibandingkan dg skor standar menurut umur
Status pubertas
Menggunakan kriteria Tanner

Laki-laki : rambut pubis, penis & testis
Wanita : rambut pubis & payudara



Status Gizi
BB / umur
TB / umur
BB / TB
Indeks maturitas
* Skeletal (umur tulang)
* Dental ( umur gigi )
* Seksual ( umur seksual)
* Neural (umur neurologis)
* Mental (umur mental)
Usia mental
Dinilai dari perilaku dan reaksi thd stimuli
Diukur dengan Development quotient (DQ) & Intelegence quotient (IQ)

IQ : Usia mental x 100%
Usia kronologis
IQ
> 130 Sangat superior  Kreatif
120-129 Superior  Profesional
110-119 Diatas rata-rata  Kompeten (PT)
90-110 Rata-rata  Rata2 SLTA
80-89 Dibawah Rata2  Kerja disupervisi
70-79 RM perbatasan  Independen
52-69 RM ringan  Mampu didik
36-51 RM sedang  Mampu latih
20-35 RM berat  Hiegen dasar
< 20 RM sangat berat  Tergantung seumur hidup
Indikator Perkembangan
Neurodevelopment : motorik kasar, motorik halus, penglihatan, pendengaran
Komunikasi / bahasa
Kognisi
Psikososial : sosial, emosi, perilaku
Baku / standar TK :
Antropometri  Kurva pertumbuhan
BB, TB
NCHS, menggunaan persentil
P50 = 100 %
Lingkaran kepala
Nellhaus, menggunakan standar deviasi




Kurve distribusi normal Gauss
Mean + 1 SD : 68,2 % dari yg diobservasi
Mean + 2 SD : 95,4 % dari yg diobservasi
Mean + 3 SD : 99,7% dr yg diobservasi
Grafik BB
Keuntungan grafik BB dibanding variabel pertumbuhan lain
Sederhana, mudah dikerjakan
Dipengaruhi oleh perubahan gizi
Jelas memperlihatkan pengaruh penyakit infeksi
KMS (Kartu Menuju Sehat)
Alat penting & sederhana utk memantau pertumbuhan BB anak 0-5 th
Alat penyuluhan & catatan penting (riwayat kelahiran, imunisasi, vitamin A, makanan bayi, pengobatan diare)
Dasar : P50 NCHS dianggap 100%
* Garis hijau : gizi baik
* Garis titik2 : batas gizi baik & gizi kurang
* Garis merah: batas gizi kurang & gizi buruk

Indikator Perkembangan
Neurodevelopment : motorik kasar, motorik halus, penglihatan, pendengaran
Komunikasi / bahasa
Kognisi
Psikososial : sosial, emosi, perilaku
Tes Denver
Untuk skrining, bukan diagnostik
Yang dinilai : sektor personal sosial
sektor motorik halus
sektor bahasa
sektor motorik kasar
* Untuk anak 0 – 6 tahun

Skala Baylay
Untuk anak 0 – 30 bulan
Tes diagnostik, untuk kemampuan intelektual & motorik
Ada 3 bagian :
Skala perkembangan mental
Skala perkembangan motorik
Rekaman perilaku
Tes Melani Comparetti
Untuk anak 0 – 2 tahun
Menilai perkembangan motorik
Tes Vojta
Untuk diagnostik dini ggn motorik serebral
Untuk anak 0 - 1 tahun





Pendengaran
BBL, memberi respons terhadap suara
Tahun I, menentukan lokasi suara

Dampak ggn pendengaran : ggn bicara, belajar, perilaku

Harus dilakukan pada setiap anak ggn bicara
Penglihatan
BBL, visus 6/200, dapat mengikuti secara horizontal, gerakan mata tidak terarah, seperti juling

6 minggu, kedua mata bergerak bersama-sama, tidak juling

3 tahun = visus orang dewasa
Penilaian psikologi
Bila ada gangguan perilaku & kesukaran belajar

Penilaian : * Analisa perilaku
* IQ (Inteligence Quotient)
* EQ (Emotional Quotient)
* SQ (Social Quotient)

CEREBRAL PALSY

CEREBRAL PALSY
Dr. Rismarini, SpA
Epidemiologi
Merupakan kelainan motorik yang anyak ditemukan pada anak
Angka kejadian 1-5 per 1000 anak
Laki-laki lebih sering dari pada wanita
Sering terdapat pada anak I
Angka kejadian lebih tinggi pada bayi BBLR, anak kembar, ibu diatas usia 40 th, dan ibu multipara
Definisi :
Sindroma kelainan fungsi motorik akibat gangguan pertumbuhan, trauma atau infeksi saraf motorik yang terjadi pada masa pertumbuhan.
Etiologi :
Belum diketahui
Faktor prenatal :
Keln. Kongenital
Infeksi intrauterin
Radiasi intrauterin
Asfiksia intrauterin
Toksemia gravidarum

Faktor perinatal :
Prematuritas, trauma lahir, asfiksia
Kern ikterus, perdarahan IC
Infeksi

Faktor posnatal
Trauma kapitis
Hipkosia / anoksia
Infeksi SSP
Klasiifikasi :
Spastic CP :
 hemiplegia, tetraplegia, diplegia, paraplegia, monoplegia
B. Dyskinetic CP :
 korea, atetosis, koreoatetosis
C. Ataxic CP
D. Bentuk campuran
Keadaan Penyerta :
Retardasi mental
Epilepsi
Gangguan bicara
Gangguan pendengaran
Gangguan visus
Strabismus
Diagnosis :
Ada faktor risiko (kehamilan, kelahiran, posnatal)
Keterlambatan perkembangan motorik
Defisit neurologis
Pem. Penunjang, laboratorium, EEG, foto kranium untuk menyingkirkan penyakit yg masih aktif atau progresif
Tata laksana :
Sedini mungkin, multidisiplin
Medikamentosa : untuk spastik, epilepsi, gerakan involunter
Fisioterapi, speech therapy
RM  SLB
Bimbingan orangtua / masyarakat

Gangguan Bicara & Bahasa

Gangguan Bicara& Bahasa
Dr. Rismarini, SpA
Epidemiologi
Salah satu masalah perkembangan yang paling banyak pada anak
Angka kejadian menurut wawancara orangtua : 0,9% pada anak < 5 th,
dan 1,94% pada anak 5 – 14 th
Evaluasi anak sekolah : 3,8 kali >
 diperkirakan 4-5 % pada anak
Etiologi
Kelainan neurologi
( kelainan neuromuskuler, sensorimotor, palsi serebralis, kelainan persepsi )
Ggn pendengaran & penglihatan
Ggn emosi
Kurang stimulasi dari lingkungan
Kecurigaan ggn bicara & bahasa (menurut Aram DM)
Usia 6 bl tidak memalingkan mata & kepala thd suara dari belakang/samping
Usia 10 bl tidak bereaksi thd panggilan namanya
Usia 15 bl tidak mengerti & bereaksi thd kata-kata jangan, dada, dsb
Usia 18 bl tidak dapat menyebut 10 kata tunggal

Usia 21 bl tidak bereaksi thd kata perintah (misal : duduk, kemari, berdiri)
Usia 24 bl tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh, belum mampu membuat ungkapan dari 2 kata
Usia 30 bl ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga
Usia 36 bl belum dapat mempergunakan / bertanya dengan kalimat-kalimat sederhana


Usia 36 bl ucapannya tidak dimengerti oleh orang diluar keluarganya
Usia 3 ½ th selalu gagal menyabut kata akhir ( ca untuk cat, ba untuk ban )
Usia 4 th tidak lancar berbicara
Usia 7 th masih ada kesalahan ucapan
Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas, sangat keras, tidak dapat didengar serta terus menerus memperdengarkan suara serak.
Penatalaksanaan
Cari faktor penyebab, bila mungkin atasi
Konsultasi Psikiater bila ada ggn bahasa & tingkah laku
Konsultasi ahli THT untuk mengetahui ggn pendengaran
Konsultasi ahli syaraf anak untuk mengetahui kelainan neurologi
Cari penyakit metabolik & ggn organik lain

Terapi bicara
Indikasi :
* Usia 20-24 bl belum bicara 1 katapun
* Usia 28-30 bl belum bisa mengucapkan kata-kata
* Usia > 3 th bicaranya tidak dimengerti
* Usia berapapun bila orang tua mengkhawatirkan kemampuan bicara anaknya.

Gangguan Tumbuh Kembang

Gangguan Tumbuh Kembang


Dr. Rismarini, SpA
Gangguan Pertumbuhan
A. Ggn pertumbuhan BB
 Gagal tumbuh, obesitas
B. Ggn pertumbuhan TB
 Perawakan pendek, jangkung

Gangguan perkembangan
1. Manifestasi primer hambatan motorik
 Palsi serebralis
2. Manifestasi primer hambatan kognisi
Retardasi mental
3. Defisit spesifik
 Tuna rungu, tuna netra
 Gangguan bicara
 Perilaku : Autisme, ADHD
Gagal Tumbuh
Definisi :
Pertumbuhan yg secara persisten & bermakna menyimpang dari kurva normal untuk umur & seksnya (baku NCHS), biasanya terjadi mulai usia kurang dari 5 tahun
Etiologi
Non Organik (lingkungan psikososial)
Organik
Inborn errors of metabolisme
Idiopatik
Non organik (psikososial)
Emosi orang tua,
Defisit perkembangan minor (ggn oromotor)
Kemiskinan, tuna wisma
Kepadatan penduduk
Ketidak mampuan pemerintah
Organik
1. Masukan nutrien tidak adekuat
 tehnik pemberian makan salah, palatoskisis, ggn menelan, regurgitasi/muntah, penyakit kronik
2. Absopsi tidak adekuat
 malabsopsi, diare kronik, intoleransi laktosa, alergi susu sapi, infeksi parasit
3. Kebutuhan kalori meningkat
 hipertiroid, CP, keganasan, penyakit / infeksi sistemik kronik
Bentuk klinik
1. Tipe I (pola malnutrisi)
Lingkaran kepala normal, BB << dp TB,
Penyebab malnutrisi
2. Tipe II (pola endokrinopati)
LK normal, BB <, BB/TB proporsional,
Penyebab kelainan endokrin
3. Tpe III (pola SSP)
LK <<, BB/TB proporsional rendah,
Penyebab kelainan SSP
Diagnosis
1. Anamnesis
Riwayat kehamilan & kelahiran
Riwayat penyakit yg mgk mendasari
Riwayat pemberian makanan
Riwayat psikologi emosional
Faktor lingkungan lain


2. Gejala klinis.
BB dibawah P3 atau dibawah 2 SD dari kurva BB/U,
Gagal mempertahankan kurva pertumbuhan sebelumnya (menyilang 2 persentil mayor atau bergeser kebawah 2 SD)
Penambahan BB harian << dari normal untuk umurnya
BB untuk TB kurang,
Sering dg ggn perkembangan psikomotor

3. Observasi perilaku Amati anak saat makan atau saat diberi makan
4. Pemeriksaan fisik
Cari penyebab medis,
Lakukan tes perkembangan formal
5. Pemeriksaan lab. Penunjang
Sesuai dengan riwayat dan pemeriksaan fisik yang ditemukan.
Penatalaksanaan
Tujuan : perbaikan gizi  catch up growth,
perlindungan & evaluasi keluarga
Pelaksana : multidisiplin
 Kurang gizi : terapi KKP
 Penyakit organik : terapi yg sesuai
 Ggn perkembangan : stimulasi, terapi yang sesuai
 Interaksi ortu & faktor sosial : terapi psikologi, pekerja sosial
Indikasi rawat
Derajat sedang – berat
Ada tanda-tanda penelantaran dan penganiayaan berat
Usaha diagnosis & terapi tidak berhasil

Berat : menunjukkan gejala marasmus atau kwashiorkor
Sedang :
* BBL tdk tercapai dlm 1 bulan,
* Kurve BB/U mendatar selama > 2 bulan,
* Kurve TB/U diatas P3, BB/U dibawah P3
Ringan : BBL tidak tercapai dlm 2 minggu, Kurve BB/U mendatar selama 1-2 bulan, penurunan BB/TB yang tidak proporsional
Tindak lanjut
Dilaksanakan minimal sampai umur 3 tahun
 Pengamatan masukan makanan
 Pengamatan tumbuh kembang
Pengamatan interaksi orangtua-anak dan lingkungan
Ggn Pertumbuhan TB
Definisi :
Adalah gangguan / penyimpangan pola pertumbuhan normal tinggi badan anak, bisa terlalu pendek,
bisa terlalu tinggi
Etiologi Perawakan pendek
Penyebab yang sering :
* Kurang gizi
* Penyakit menahun ( Tbc, anemia, penyakit hati, ginjal, saluran pencernaan)
* Obat-obat yg mengandung hormon.

Monitoring pertumbuhan TB anak
Secara berkala, minimal 2x setahun sejak masa bayi.
Dicocokkan dengan kurva NCHS
TB anak laki-laki beda dengan perempuan
Perkiraan TB anak normal :
Laki-laki : ( TI + 13 ) + TA + 8,5 cm
2
Perempuan : ( TA – 13 ) + TI + 8,5 cm
2
Pengelolaan
Sesuai dengan penyebabnya
Penyebab yang dapat dikoreksi :
* Lambat tumbuh
* Penyakit menahun
* Kekurangan hormon
Yang tidak dapat dikoreksi lagi :
* Anak peremupuan sudah haid > 3 th
* Anak laki-laki normal > 19 tahun

TUMBUH KEMBANG

TUMBUH KEMBANG
Dr. Rismarini, SpA
Bagian IKA FK UNSRI / RS Moh. Hoesin
Palembang

Anak tidak sama dengan orang dewasa, bukan dewasa dalam bentuk mini
Ciri khas anak : tumbuh dan berkembang

Tumbuh Kembang
Konsepsi ---------------------------- Dewasa
Bayi Anak Remaja

Tumbuh kembang proses yang berbeda, tapi tidak berdiri sendiri, saling berkaitan satu sama lain.
Pertumbuhan
Bertambahnya ukuran & jumlah sel + jar. interseluler  bertambah besar ukuran fisik & struktur tubuh

Bersifat kuantitatif  dapat diukur
Satuan panjang, satuan berat
Indikator : BB, PB, TB, LK, LLA
Perkembangan
Bertambah matang struktur & fungsi tubuh
 bertambah keterampilan / kepandaian
Bersifat kualitatif
Pengukuran lebih sulit  milestone
Indikator : gerakan kasar / halus, bicara, kecerdasan, psikososial, penglihatan, pendengarn
Tujuan Umum mempelajari TK

tahapan TK

fisik, mental,
emosi, sosial
Tujuan khusus

Mengetahui & memahami proses TK sejak konsepsi sp dewasa.
Dapat mendeteksi kelainan TK
 diagnosis dini  terapi dini  tidak cacat
Mengetahui penyebab ggn TK  mencegah ggn / cacat lebih lanjut




Ciri-ciri pertumbuhan
Perubahan ukuran
 tambah BB, TB, LK, organ-organ tubuh

Perubahan proporsi
 Kepala, titik pusat tubuh

Ciri-ciri pertumbuhan
Hilangnya ciri-ciri lama
 kel. Timus, gigi susu, rf. Primitif

Timbulnya ciri baru
 gigi tetap, seks sekunder

Keunikan Pertumbuhan
Kecepatan pertumbuhan yg tidak teratur. Ada masa percepatan, perlambatan dalam priode ttt

Tiap organ punya pola pertumbuhan yang berbeda


4 Pola kurva pertumbuhan

Pola pertumbuhan umum
Pola pertumbuhan otak dan kepala
Pola pertumbuhan jaringan limfoid
Pola pertumbuhan organ reproduksi

Pertumbuhan Umum
Berlangsung terus secara tetap dr konsepsi sp dewasa, dg fluktuasi dlm kecepatan tumbuh.
Percepatan maksimum pd akhir masa janin, kemudian menurun sp melewati masa bayi.
Masa prasekolah tumbuh lambat
Masa adolesensi cepat lagi, kemudian menurun dan berhenti setelah dewasa.


Pertumbuhan otak dan kepala
BBL, 25 % berat otak orang dewasa
50 % pertumbuhan otak terjadi pada tahun I
20 % pada tahun II
5 – 6 tahun = 90 % otak dewasa
Pertumbuhan jaringan limfoid
Tumbuh cepat pada bayi dan anak
Usia 10-12 tahun 2 x dewasa
Menurun pada masa pubertas, kemudian mengalami involusi sp = dewasa
Tonsil, adenoid, limfa, kel. Getah bening, jar. Limfe di usus
Pertumbuhan organ reproduksi
Tahun I, berkembang lambat
Pesat pada masa remaja  tanda sex sekunder
Sangat pesat setelah seluruh pertumbuhan badan berakhir
Ciri-ciri perkembangan
Perkembangan melibatkan perubahan
Erat hubungannya dg maturasi SSP
Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya
Perkembangan punya pola yang tetap
Perkembangan punya tahap berurutan
Perkembangan punya kecepatan berbeda
Perkembangan berkorelasi dg pertumbuhan
Arah perkembangan sefalokaudal, proksimodistal
Faktor-faktor yang mempengaruhi TK
Tumbuh kembang merupakan hasil interaksi banyak faktor.

Dapat digolongkan menjadi :
Faktor internal
Faktor eksternal (lingkungan)
Faktor internal
Genetik
Perbedaan ras / etnik / bangsa
Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Kelainan kromosom

Faktor eksternal/lingkungan
Faktor Pranatal
Gizi * Infeksi
Mekanis * Keln. imunologis
Toksin/kimia * Anoksia embrio
Endokrin * Psikologis ibu
Radiasi
Faktor persalinan
Komplikasi persalinan, Trauma kepala, Asfiksia
Faktor Pascanatal
Gizi
Peny. Kronis / keln. Kongenital
Lingkungan fisik & kimia
Psikologis
Endokrin
Sosio-ekonomi
Lingkungan pengasuhan
Stimulasi
Obat-obatan
Kebutuhan dasar TK anak
Kebutuhan fisik-biomedis ( ASUH)

Kebutuhan kasih sayang/emosi (ASIH)

Kebutuhan latihan/rangsangan (ASAH)
ASUH
Nutrisi adekuat & seimbang
Perawatan kesehatan dasar ( imunisasi, penimbangan, deteksi dini, pengobatan dini)
Pakaian yang layak, bersih & aman
Perumahan yang layak & sehat
Higiene & sanitasi lingkungan
Kesehatan / sosek orangtua
Kesegaran jasmani, olah raga, rekreasi
Sarana kesejahteraan, kesehatan, pendidikan
ASIH
Kasih sayang orang tua
Rasa aman
Harga diri
Kebutuhan akan sukses
Mandiri
Dorongan
Kesempatan dan pengalaman
Rasa memiliki

ASAH
Diperlukan seawal & sedini mungkin,
terutama sp usia 4 – 5 tahun
Berupa latihan, bermain, pendidikan
Sesuai umur dan kemampuan anak
Psikomotor, bahasa, sosial emosional, kecerdasan
Bisa informal, formal, nonformal

MATURASI TUMBUH KEMBANG

* Skeletal
* Neural
* Dental
* Mental
* Seksual

Retardasi Mental


 Dr. Rismarini, SpA
 Pendahuluan
 Merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar, terutama bagi negara berkembang.
 Angka kejadian RM berat : 0,3 % dari seluruh populasi,
 Hampir 3 % mempunyai IQ < 70
 Definisi :
 Fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ <70),
disertai adanya kendala dalam penyesuaian
perilaku adaptif sosial, dan
gejalanya timbul dalam masa perkembangan ( usia < 18 tahun )
 Klasifikasi :
Berdasarkan nilai IQ :
 RM borderline, IQ 70 – 79
 RM ringan, IQ 52 - 69
 RM sedang, IQ 36 – 51
 RM berat, IQ 20 – 35
 RM sangat berat, IQ < 20
Berdasarkan gejala :
 Tipe klinik :
* Kelainan fisik & mental cukup berat à mudah dideteksi dini
* Penyebab >> kelainan organik
* Perlu perawatan terus menerus
 Tipe sosial budaya :
* Penampilan seperti anak normal
* Tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah
* >> RM borderline & RM ringan
 Etiologi :
 Adanya disfungsi otak
 Kompleks & multifaktorial
 Faktor potensial :
* Non organik
* Organik
 Faktor non organik
 Kemiskinan
 Keluarga tidak harmonis
 Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
 Penelantaran anak
 Faktor sosiokultural
 Faktor organik
1. Faktor prakonsepsi :
* Kelainan genetik (penyakit metabolik, kelainan neurokutaneus)
* Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X)
2. Faktor pranatal
 Kelainan kromosom ( sind. Down)
 Infeksi intra uterin (TORCH, HIV)
 Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi, kokain, logam berat)
 Disfungsi plasenta
 Ibu DM
 Toksemia gravidarum
 Ibu malnutrisi
3. Faktor perinatal :
 Prematur
 Asfiksia neonatorum
 Trauma lahir, perdarahan intrakranial
 Meningitis
 Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
4. Faktor post natal :
 Trauma berat pada kepala / SSP
 Neurotoksin (misal logam berat)
 Anoksia (misal tenggelam)
 Kelainan metabolik
 Gizi buruk
 Infeksi (Meningitis, ensefalitis)
 Kelainan yang menyertai
 Palsi Serebral
 Epilepsi
 Gangguan pendengaran
 Gangguan penglihatan
 Hidrosefalus
 Autisme infantil
 Gangguan psikiatrik lain
 Diagnosis
 Anamnesis untuk mencari penyebab kelainan à organik / non organik
 Skrining à Tes Denver
Anak RM perkembangan terlambat di semua bidang, kecuali kadang-kadang pada bidang motorik kasar
 Tes IQ ( usia > 6 tahun )
 Pem. Laboratorium atas indikasi, bukan rutin
 Penatalaksanaan
 Umum : masalah pendidikan, edukasi & latihan
 Tim multidisiplin (dokter anak, psikiater, neurolog, psikolog, guru, terapis okupasi, terapis bicara, perawat)
 Sesuai dengan IQ
 SLB
 RM ringan
 Mampu didik à diajar baca tulis
 Bisa dilatih keterampilan tertentu sbg bekal hidup & mandiri spt orang dewasa normal
 Memerlukan bimbingan dari keluarga
 RM sedang
 Mampu latih à bisa dilatih keterampilan tertentu (pertukangan, pertanian)
 Dilatih mengurus diri sendiri
 Selalu memerlukan bimbingan & pengawasan
 RM berat
 Dilatih higiene dasar saja
 Dilatih kemampuan bicara yang sederhana
 Tidak dapat dilatih keterampilan kerja
 Memerlukan pengawasan & bimbingan seumur hidup
 RM sangat berat
 Kemampuan berbahasa sangat minimal
 Seluruh hidup tergantung pada orang disekitarnya

Tahapan Tumbuh Kembang

Dr. Rismarini, SpA
Tahapan TK
Masa pranatal (intra uterin)
Masa postnatal (setelah lahir)
Masa pranatal
Masa embrio :
- sejak konsepsi sp kehamilan 8 minggu.
- Zigote dg cepat menjadi organisme
- Terjadi diferensiasi dg cepat
- Terbentuk sistim organ tubuh




2. Masa fetus : kehamilan 9 mg – lahir

- Fetus dini :
* Kehamilan 9 mg – Tm 2,
* Percepatan pertumbuhan  manusia sempurna,
* Alat tubuh sdh terbentuk, mulai berfungsi
- Fetus lanjut
Tm akhir kehamilan
Pertumbuhan pesat,
Pengembangan fungsi-fungsi
Transer Ig G dr ibu,
Akumulasi Asam Lemak Esensial (AA, DHA) pada otak & retina

Masa postnatal
1. Masa Neonatal : 0-28 hari
- Adaptasi thd lingkungan
- Perubahan sirkulasi darah
- Organ tubuh lain mulai berfungsi
2. Masa Bayi : 1 bl – 2 th
Bayi dini : 1 – 12 bl, pertbh cepat, proses pematangan tu. Sistim saraf.
Bayi akhir : 1 – 2 th, kecepatan ptbh menurun, kemajuan motorik & fs ekskresi
3. Masa Prasekolah
Pertumbuhan berlangsung stabil
Aktifitas fisik meningkat
Keterampilan & proses fikir meningkat


4. Masa sekolah (prapubertas)
Wanita : 6 – 10 th, Laki : 8 – 12 th
Pertumbuhan lebih cepat
Keterampilan & intelektual makin berkembang
Bermain dg jenis kelamin yang sama
5. Masa adolesensi (remaja)
Wanita : 10-18 th, Laki : 12-20 th
Masa transisi dari anak ke dewasa
Percepatan pertbh BB & TB (Adolescent growth spurt)
Pertbh & perkbg pesat alat kelamin, timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder
Perkembangan Psikomotor
Motorik kasar :
* Bayi : refleks primitif, menghilang usia 6 bulan
* 3 – 9 bulan : refleks postural,
* 6-18 bulan : refleks proteksi & keseimbangan
 gerakan terkoordinir & bertujuan.


Tahapan pencapaian motorik kasar
BBL, refleks menolehkan kepala
1 bl, mengangkat kepala bila ditengkurapkan
2 bl, mengangkat bahu bila ditengkurapkan
3 bl, mengangkat dada, kepala tegak bila ditengkurapkan

4 bl, berbalik dr depan ke belakang, bersanggah pada tangan, kepala tidak jatuh bila didudukkan
5 bl, berbalik dr belakang ke depan
6 bl, duduk sendiri
7-8 bl, merangkak, duduk dg baik
9-10 bl, bangkit untuk berdiri
10-11 bl, berjalan pegangan, merambat
12 bl, berjalan

15 bl, berjalan maju mundur
18 bl, berlari, menendang bola
24 bl, naik turun tangga dg langkah satu-satu
30 bl, berdiri satu kaki
36 bl, naik tangga dg langkah bergantian, bersepeda roda 3
48 bl, turun tangga dg langkah bergantian
60 bl, meloncat

Tahapan pencapaian motorik halus
1 bl, mengikuti objek ke garis tengah
2 bl, mengikuti objek melewati garis tengah
3 bl, telapak tangan terbuka
4 bl, menggapai benda-benda, membawa ke mulut
6 bl, memindahkanbenda dari satu tangan ke tangan lain

7 bl, memegang dg 3 jari
9 bl, memegang dg 2 jari
12 bl, membalik halaman buku
14 bl, menara dari 2 kubus
18 bl, menara dari 4 kubus
24 bl, menggambar garis vertikal & horizontal, menara dari 6 kubus

36 bl, menggambar lingkaran
48 bl, menggambar tambah, silang
60 bl, menggambar segi 4, menggambar orang dg 3 bagian
72 bl, menggambar segi 3, menggambar orang dengan 6 bagian
Perkembangan bicara
BBL bereaksi terhadap suara
1 bl, bersuara
2 bl, tertawa & bersuara bila bermain
4 bl, menoleh ke arah suara
6 bl, mengoceh, mama papa tidak spesifik
9 bl, bunyi konsonan (b,d,m,g), mama papa spesifik

12 bl, meniru beberapa kata baru,
18 bl, 10 kata, menunjuk bagian tubuh
24 bl, menyebut nama, kalimat dengan 3 kata
30 bl, kata ganti kepunyaan, kata tanya
36 bl, tahu umur, jenis kelamin, menghitung 3 objek
48 bl, bercerita, menghitung 4 mainan
60 bl, menyebut 4 warna, menghitung sampai 10.

Perkembangan sosial & emosi
BBL, memperhatikan wajah
1-2 bl, senyum sosial spontan
3 bl, melihat ke pembicara
5 bl, bereaksi (+) bila diajak bicara
6 bl, senyum diskriminatif
7 bl, sulit dipisah dari orang tua, cemas terhadap orang lain

9 bl, interaksi 2 arah, menunjuk & memegang benda yg diulurkan
12 bl, minum dari cangkir
13 bl, membentuk rantai interaksi komunikasi (ortu bawa botol, anak bilang susu)
15 bl, menggunakan sendok, tumpah
18 bl, interaksi melibatkan emosi yang kompleks (main ayunan, memberi makan boneka)

24 bl, mencuci & mengeringkan tangan
36 bl, menggunakan sendok dg benar, bermain paralel sederhana
48 bl, mencuci & mengeringkan wajah, bermain koordinatif (main rumah2 an)
60 bl, berpakaian tanpa dibantu

Autism

Autism
Dr. Rismarini, SpA
Introduction
Autism is a behavioral syndrom of neurologic dysfunction

Characterized by impaired reciprocal social interaction, communication, impoverished imaginative activity, and markedly restricted repertoire of activities and interest
Epidemiology
Prevalence is 5-15 cases/10.000

3 – 4 times more frequent in boys

No predelection for any racial, ethnic, or socioeconomic group
Etiology
Etiology is unknown in most cases
Risk factors including :
Genetics
Brain disease (TORCH infections)
Dev. Brain abnormalities (microcephaly, hydrocephalus)
Metabolic diseases (PKU, MPS)
Postnatally acquired destructive disorder (Ensephalitis, Meningitis)
Lead encephalopathy
Neoplasm
Genetis disorder (Tuberous sclerosis, fragile X Syndrome)
Diagnosis
1. Impaired reciprocal social interaction (at least 2).
- Lack of awareness of feelings of others
- Failure to seek comfort when distressed
- Absent or impaired imitation
- Absent or abnormal social play
- Impaired ability to make peer friendships
Diagnosis
2. Impaired communication and imaginative activities (at least 1)
- Absent communication
- Abnormal nonverbal communication
- Absent imaginative activity
- Abnormal speech production
- Abnormal speech content
- Inability to initiate or sustain conversation
Diagnosis
3. Restricted repertoire of activities & interest (at least 1)
- Stereotiped body movements
- Preoccupationn with object
- Distress with environmental change
- Insistence on following routines
- Restricted range of interest
Differential Diagnosis
Hearing impairment
Developmental language disorder
Retts syndrome
Disintegrative psychosis
Schizophrenia
Undifferentiated mental retardation
Management
A. Educational behavioral management.
Special education  communication skill & behavioral management

B. Medications.
- Risperidon, methylphenidate, pemoline

C. Support for families
Prognosis
Major determinant of prognosis are :
Presence or absence of an underlying dis. of the brain and its acceptability to treatment
Speech by age 5 years
Intelegence
Prognosis
5 – 10 % will become independent adults

25 % will show notabel developmental progress

65-70 % will continue to be substantially impaired and required a high level of going care

ATTENTION DEFICIT & HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

ATTENTION DEFICIT & HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
Dr. Rismarini, SpA
Description of the problem :
ADHD is a behavioral syndrome that appears early in the child life, typically persist throughout childhood and adolescence.

The defining behaviors fall under the general catagories of :
- hyperactivity,
- inattentiveness, and
- impulsivity
Epidemiology :
4 – 6% of elementary school-aged children
Up to 20 % in lower socioeconomic status
Male to female ratio = 6 : 1
Etiology : ?
There are multiple causes :
Genetic factors
Differences in the brain (neuroanatamy & neurotransmiters)
Environmental factors :
 Parental psychopathology,
Low socioeconomic status,
Poor monitoring of behavior,
A punitive approach to discipline
Diagnostic criteria
Inattention or hyperactivity-impulsivity
Some symptoms that caused impairments were present < age 7 yr
Impairment are present in > 2 setting
Clinically significant impairment in social, academic or accupational
Doesn’t occur during the course of a pervasive disorder, schizophrenia or other psychotic disorder

1. Inattention
At least six symptoms of inattetion, persisted at least 6 months,
That is maladaptive and inconsistent with developmental level
Inattention.
Often fails to give close attention to details, makes careless mistaken in schoolwork, work and other activity
Often has difficulty sustaining attention in tasks or play activity
Often doesn’t seem to listen
Often doesn’t follow through on instruction and fail to finish schoolwork, chores, or duties
Inattention
Often has difficulties organizing tasks and activity
Often avoids, expresses reluctance about, or has diffuculties engaging in tasks
Often loses things necessary for tasks or activity
Often easily distructed by extraneous stimuli
Often forgetful in daily activities
2. Hyperactivity-impulsivity
At least 5 simptoms of hiperactivity-impulsivity, persisted for at least 6 months
That is maladaptive ans inconsistent with developmental level
Hyperactivity
Often fidgets with hands or feet or squirms in seat
Leaves seat in classroom or in other situations
Often runs about or climbs excessively
Often has difficulty playing or engaging in leisure activity quietly
Is always “on the go” or act as if “driven by a motor”
Often talks excessively

Impulsivity
Often blurts out answers to questions before the questions have beeb completed
Often has difficulty waiting in lines or awaiting turn in games or group situations
Often interrupts or intrudes on others
Clasification :
ADHD predominantly inattentive type
ADHD predominnantly hyperactive–impulsive type
ADHD combined type
Differential diagnosis
Pervasive developmental disorder (autisme, autistic-like disorder)
Major affective disorder (depression)
Reaction to stress
Hyperthyroidisme
Iron deficiency anemia
Lead toxicity
Hearing loss
Treatment
1.Medication : CNS stimulant
Methylphenidate 0,3 mg/kg/dose, twice daily, increase by 0,15 mg/kg/dose
Dextroamphetamine 0,15 mg/kg/dose, twice daily, increase by 0,15 mg/kg/dose
Pemoline 37,5 mg in AM
Treatment
Psychological therapy
Teaching effective behavioral management skills to parents & teachers
Child and parent counseling
Group social skills training
Family therapy, dinamic
Family therapy, communication skills
Child psychotherapy

PENYAKIT JANTUNG PADA ANAK

PENYAKIT JANTUNG PADA ANAK
OLEH : dr. RIA NOVA Sp.A
PENYAKIT JANTUNG PADA ANAK
KELAINAN JANTUNG BAWAAN:
 NON-SIANOTIK
 SIANOTIK
KELAINAN JANTUNG DIDAPAT:
Demam Rematik Akut/ Penyakit jantung rematik
Perikarditis
Kardiomiopati
Miokarditis ( difteri, tifoid)
Endokarditis infektif
Keterlibatan kardiovaskular pada penyakit sistemik
( hipertiroid, hipotiroid,anemia,talasemia,penyakit Kawasaki, arteritis Takayasu, glomerulonefritis akut)

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN NON SIANOTIK
Penyakit jantung bawaan non sianotik dg pirau kiri ke kanan :
- Defek septum ventrikel
- Defek septum atrium
- Duktus arteriosus persisten
- Defek septum atrioventrikularis

Penyakit jantung bawaan non sianotik tanpa pirau:
- Stenosis pulmonal
- Stenosis aorta
- Koarktasio aorta
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK
Penyakit jantung bawaan sianotik dg aliran darah ke paru berkurang (oligemia paru):
- atresia pulmonal dengan defek septum ventrikel
- atresia pulmonal dengan septum ventrikel utuh
- atresia trikuspid
- anomali ebstein
- tetralogi of Fallot
Penyakit jantung bawaan sianotik dg aliran darah ke paru bertambah (pletora paru):
- transposisi arteri besar
- trunkus arteriosus
- Ventrikel kanan dg jalan keluar ganda
- Total anomaly pulmonary vein drainage


DEFEK SEPTUM VENTRIKEL
INSIDENS: Paling sering, kira-kira 20%
KELAINAN HEMODINAMIK  karena pirau dari ventr kiri ke ventr kanan
Defek kecil : normal
Defek sedang- besar: pembesaran ventrikel kiri dan atrium kiri
Bila terjadi hipertensi pulmonal/sindrom eisenmenger:
* atrium dan ventrikel kanan membesar, konus pulmonalis menonjol
GAMBARAN KLINIS:
- BJ I dan II normal, bising pansistolik di sela iga 3-4 garis parasternal kiri
- Pada defek yang besar terdengar pula bising mid diastolik diapeks
DIAGNOSIS :
Gambaran klinis, EKG, Foto toraks, Ekokardiografi
TATALAKSANA :
Penutupan defek: transkateter atau operasi

DEFEK SEPTUM ATRIUM
INSIDENS: 10%, sering pada perempuan
KELAINAN HEMODINAMIK karena pirau dari atrium kiri ke atrium kanan
Defek kecil : normal
Defek sedang-besar :atrium dan ventrikel kanan membesar,
konus pulmonalis menonjol,vaskularisasi paru meningkat
GAMBARAN KLINIS:
BJ I normal, BJ II : wide fixed split
Bising ejeksi sistolik di sela iga II kiri linea sternalis
DIAGNOSIS
Gambaran klinis, EKG, Foto toraks, Ekokardiografi
TATALAKSANA
Tutup defek : transkateter atau operasi


DUKTUS ARTERIOSUS PERSISTEN
INSIDENS: 10 %, sering pada perempuan
KELAINAN HEMODINAMIK  karena pirau dari aorta ke arteri pulmonalis
Defek kecil : normal
Defek sedang-besar: pembesaran atrium dan ventrikel kiri, konus pulmonalis menonjol, aorta besar, vaskularisasi paru meningkat
GAMBARAN KLINIS
Nadi pulsus seler
BJ I dan BJII normal
Bising kontinu di sela iga2 linea sternalis kiri menjalar sepanjanggaris sternal, ke daerah infraklavikula dan punggung
DIAGNOSIS
Gambaran klinis, EKG, Fototoraks, Ekokardiografi
TATALAKSANA
Tutup duktus : transkateter atau operasi
Pada bayi prematur : indometasin

DEFEK SEPTUM ATRIOVENTRIKULER
INSIDENS: 5 %
KELAINAN HEMODINAMIK  karena pirau kiri ke kanan melalui defek septum atrium dan defek septum ventrikel
Semua ruang jantung membesar
Segmen pulmonal menonjol
Vaskularisasi jantung meningkat
GAMBARAN KLINIS
BJ I mengeras, BJ II split lebar pada inspirasi
Bising pansistolik di tepi kiri sternum bawah dan apeks
Dapat terdengar bising ejeksi sistolik di basis jantung
Dapat terdengar bising mid diastolik di apeks
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
Medikamentosa : untuk gagal jantung
Operasi : penutupan defek dan rekonstruksi daun katup sehingga terbentuk 2 katup atrioventrikuler ( sebaiknya sebelum usia 1 tahun)
Stenosis Pulmonal
INSIDENS: 8-10%
KELAINAN HEMODINAMIK  karena obstruksi jalan keluar ventrikel kanan
Pembesaran ventrikel kanan dan konus pulmonalis
Vaskularisasi paru normal, jantung kiri normal
GAMBARAN KLINIS
BJ I normal, BJ II split lebar
Bising ejeksi sistolik di sela iga 2 garis sternal kiri yang menjalar ke leher
DIAGNOSIS
Gambaran klinis, EKG, Fototoraks, Ekokardiografi
TATALAKSANA
Stenosis ringan : tidak perlu pengobatan, pantau ketat
Stenosis berat : balon valvuloplasty atau operasi

KOARKTASIO AORTA
INSIDENS: 5 %
KELAINAN HEMODINAMIK  karena obstruksi jalan keluar ventrikel kiri
Jantung normal atau pembesaran ringan ventrikel kiri dan atrium kiri
Vaskularisasi parunormal
GAMBARAN KLINIS
Tidak sesuai antaraTD lengan dan tungkai
Nadi di lengan teraba kuat sedangkan di tungkai lemah
BJ I dan II normal
Bising ejeksi sistolik
DIAGNOSIS
Gambaran klinis, EKG, Fototoraks, Ekokardiografi
TATALAKSANA
Operasi atau balon dilatasi

STENOSIS AORTA
INSIDENS : 5%, sering pada laki-laki, sering menyertai sindrom Turner
KELAINAN HEMODINAMIK  karena obstruksi jalan keluar ventrikel kiri
Pembesaran ventrikel kiri, disertai atau tidak knob aorta yang menonjol
Vaskularisasi paru normal
GAMBARAN KLINIS
Stenosis ringan : asimptomatik
Stenosis berat pada bayi : gagal jantung
Pada anak besar : nyeri dada bila olahraga, sinkope, sesak nafas bila beraktifitas
DIAGNOSIS
Gambaran klinis, EKG, Fototoraks, Ekokardiografi
TATALAKSANA
Stenosis ringan : tanpa pengobatan
Stenosis berat : operasi atau balon valvuloplasty
TETRALOGI FALLOT
INSIDENS: 5-8%
KELAINAN HEMODINAMIK karena obstruksi jalan keluar ventrikel kanan disertai defek septum ventrikel besar terjadi pirau kanan ke keri
Hipertropi atrium dan ventrikel kanan
Vaskularisasi paru menurun, konus pulmonal cekung
GAMBARAN KLINIS
Sianosis
BJ I normal atau mengeras, BJ II tunggal
Bising ejeksi sistolik di sela iga II linea sternal kiri (makin berat derajat penyakit , makin lemah bisingnya)
DIAGNOSIS
Gambaran klinis, EKG, Fototoraks, ekokardiografi
TATALAKSANA
Paliatif : BT shunt
Definitif : Koreksi total


TRANSPOSISI ARTERI BESAR
INSIDENS: 5 %, sering pada laki-laki
KELAINAN HEMODINAMIK  karena ventrikel kanan memompa darah ke seluruh tubuh sedangkan ventrikel kiri memompa darah ke paru
Pembesaran atrium dan ventrikel kanan, dengan mediastinum sempit
Vaskularisasi paru meningkat kecuali bila ada stenosis pulmonal
GAMBARAN KLINIS
Sianosis
BJ I normal, BJ II tunggal
Bising bervariasi dari tidak ada bising , bising pansistolik atau kontinu
DIAGNOSIS
Gambaran klinis, EKG, Fototoraks, Ekokardiografi
TATALAKSANA
Operasi : arterial switch (sebelum usia 3 bulan )


TRUNKUS ARTERIOSUS
INSIDENS: 1%
KELAINAN HEMODINAMIK  karena trunkus menerima dan menyalurkan darah dari kedua ventrikel
Pembesaran ventrikel kanan dan kiri serta mediastinum
Vaskularisasi paru meningkat
GAMBARAN KLINIS
Sianotik
Nadi pulsus seler
BJ I normal, BJ II tunggal
Bising ejeksi sistolik di sela iga 4 garis sternalis kiri, kadang tredengar bising kontinu
DIAGNOSIS
Gambaran klinis, EKG, Fototoraks, ekokardiografi
TATALAKSANA
Medikamentosa :terapi gagal jantung
Operasi : Rastelli

ATRESIA TRIKUSPID
INSIDENS: 1 %
KELAINAN HEMODINAMIK  karena tidak dapat mengalirkan darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan sehingga harus ada jalan lain yakni komunikasi melalui defek septum atrium
Hipertrofi ventrikel kiri dan pembesaran atrium kiri
GAMBARAN KLINIS
Sianotik
BJ I tunggal, BJII juga sering tunggal
Pada sebagian besar kasus tidak terdengar bising
DIAGNOSIS
Gambaran klinis, EKG, Fototoraks, Ekokardiografi
TATALAKSANA
Operasi : Fontan ( prinsip operasi adalah mengalirkan darah dari atrium kanan langsung ke arteri pulmonalis )

TOTAL ANOMALY PULMONARY VEIN DRAINAGE
INSIDENS: 1 %
KELAINAN HEMODINAMIK
Tanpa obstruksi( tipe suprakardiak / kardiak )
Pembesaran atrium dan ventrikel kanan
Pembesaran konus pulmonalis
Bertambahnya vaskularisasi paru
Dengan obstruksi(tipe infrakardiak)
Atrium kanan normal, ventrikel kanan sedikit melebar
Arteri pulmonalis normal, vaskularisasi paru meningkat
GAMBARAN KLINIS
Tanpa obstruksi
Gejala gagal jantung, sianosis ringan
BJ I normal, BJ II wide fixed split
Bising ejeksi sistolik di sela iga II kiri linea sternalis kiri
Dengan obstruksi
Sianosis sejak lahir
BJ I normal, BJ II wide fixed split, biasanya tidak ada bising
DIAGNOSIS
TATALAKSANA: Operasi

DEMAM REMATIK DAN PENYAKIT JANTUNG REMATIK

Demam Reumatik (DR)
adalah peradangan akut pada beberapa organ
tubuh,yg terjadi melalui mekanisme immunologis setelah
mengalami infeksi tenggorokan oleh kuman group A beta
hemolitikus streptococcus.



DR paling sering menyerang :
- usia 5–18 tahun
- golongan sosial ekonomi rendah
- Predisposisi keluarga juga berperan (lebih sering
timbul pada saudara pasien DR, kembar satu telur
tujuhkali lebih banyak dibanding kembar dua telur).




PATOGENESIS



* Pankarditis terjadi pada sekitar 50% kasus DR akut, timbul 2-3
minggu setelah peradangan mulai

Valvulitis (endokarditis) selalu ada pd reumatik karditis,
MV paling sering tampak : penebalan katup & kordae, infiltrasi sel
mononuclear & verucae kecil-kecil di permukaan.

* Pada fase akut MR lebih dominan, ok. pembengkakan daun katup, dilatasi annulus, ruptur cordae atau disfungsi muskulus papilaris.
Pada fase kronik MS lebih dominan, ok. fibrosis dan kalsifikasi  fusi komisura, retraksi & fusi chordae

AR lebih sering terjadi dibanding AS


Binotto MA, Guilherme L, Tanaka AC. Images Paediatr Cardiol 2002;11:12-25


PATOGENESIS

Miokarditis : ditandai oleh infiltrasi sel mononuclear, vaskulitis dan perubahan degeneratif jaringan ikat interstisial. Khas: Aschoff body, terlihat di jaringan ikat interstisial miokard khususnya perivaskular pada fase proliferatif.










Perikarditis : disertai efusi serofibrinous, dapat terjadi kalsifikasi, tetapi tak sampai menjadi restiktif.

Pomerance A. Blackwell Scientific Publications, 1975: 279-306
Narula J, Chopra P, Talwar KK, et al. Circulation 1993; 88:2198-2205


CACAT KATUP PADA PJ. REUMATIK KRONIK

DR berulang terjadi sebagai episode DR baru pada pasien dengan riwayat DR sebelumnya, bukan relaps dari episode pertama  prevensi sekunder sangat penting.

Faktor host berperan terhadap terjadinya DR berulang, adanya kecenderungan imunologis membuat pasien DR lebih mudah mengalami infeksi ulangan.

Risiko berulang terutama menonjol pada interval waktu 5 tahun setelah serangan DR sebelumnya. Serangan ulangan lebih jarang timbul pada usia lebih tua, dan jarak antar serangan > 10 tahun.

Lesi residual berperan terhadap timbulnya DR ulangan.



Katup yang paling sering mengalami cacat akibat demam reumatik adalah katup atrio-ventrikular kiri, yakni katup mitral kemudian disusul katup aorta.

Umumnya pada fase awal MV mengalami regurgitasi, pada fase kronik terjadi stenosis.

Pada AV lebih sering terjadi regurgitasi dibanding stenosis.




Manifestasi mayor
Karditis : terjadi pada 50% penderita
Poliartritis migrans: terjadi pada 70% penderita
Korea Sydenham’s: terjadi pada 15% penderita
Eritema marginatum: terjadi pada < 10% penderita
Nodul subkutan: terjadi pada 2-10% penderita terutama yg rekuren/penyakit jantung rematik kronik


Manifestasi minor
Artralgia
Demam
Peningkatan reaktan fase akut: LED dan atau CRP meningkat
Interval PR memanjang

Tatalaksana
Istirahat
Antibiotik
Untuk eradikasi
PP 50.000 IU/kgBB selama 10 hari
Alternatif lain :
Penisilin oral 4 X250 mg (400.000 unit) selama 10 hari
Eritromisin 20 mg/kgBB 4 kali sehari selama 10 hari
Untuk profilaksis sekunder
Benzatin penicillin
BB < 30 kg : 600.000 unit setiap 3 atau 4 minggu
BB > 30 kg : 1,2 juta unit setiap 3 atau 4 minggu
Alternatif lain :
Oral penisilin 2X250 mg
Eritromisin 2X250 mg
Sulfadiazin
BB < 30 kg : 500 mg sekali sehari
BB >30 kg : 1000 mg sekali sehari
Antiinflamasi
Aspirin
Prednison: bila ada karditis sedang dan berat

Gagal jantung pada anak

Gagal jantung pada anak
dr. Ria Nova Sp.A
Pendahuluan
Jantung: organ terpenting sistem sirkulasi
Kemampuan miokardium memompa darah

curah jantung


preload afterload kontraktilitas denyut jantung
Pendahuluan
Gagal jantung pada anak:

ketidakmampuan miokardium memompa
darah ke seluruh tubuh utk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh termasuk
kebutuhan untuk pertumbuhan
merupakan sindrom klinis
tatalaksana harus dg pendekatan yang
integratif dan komprehensif

Pompa jantung ditentukan oleh :

Faktor preload (isi diastolik akhir)
Faktor afterload (tahanan yang dialami ejeksi ventrikel)
Kontraktilitas otot jantung
Frekuensi jantung

Perubahan hemodinamik pada gagal jantung:
Peningkatan frekuensi denyut jantung
Peningkatan isi diastolik akhir ventrikel
Peningkatan tekanan diastolik akhir ventrikel
Peningkatan resistensi vaskuler sistemik dan penurunan aliran darah sistemik
Etiologi
Primer : kelainan di jantung
Disritmia (takikardia/bradikardia)
Kelainan struktur jantung
Disfungsi miokardium (sistolik/diastolik)
Sekunder: kelainan diluar jantung (non kardiak)
Semua kondisi yg meningkatkan preload (volume overload)
Peningkatan afterload (hipertensi)
Berkurangnya kapasitas pembawa oksigen dlm darah (anemia)
Meningkatnya kebutuhan (sepsis)

Penyebab GJK akibat penyakit jantung bawaan


Patofisiologi
Perubahan hemodinamik gagal jantung
frekuensi denyut jantung 
isi diastolik akhir ventrikel 
tekanan diastolik akhir ventrikel 
resistensi vaskular sistemik 
aliran darah sistemik 

Patofisiologi
Otot jantung mengalami injury

Mekanisme kompensasi

Denyut jantung
Kontraktilitas 
Preload 

Kardiotoksisitas langsung
Afterload 
Konsumsi oksigen miosit 
Wall stress 

Disfungsi miosit progresif
Kerusakan sel (nekrosis dan apoptosis)

Dekompensasi


Manifestasi klinik
Anamnesis:
Bayi: Poor feeding, takipnu yg bertambah buruk ketika menyusu,BB sulit naik, berkeringat
Anak besar: sesak ketika beraktifitas, mudah capek, bengkak kelopak mata atau kaki
Pemeriksaan Fisik:
A. Tanda respons kompensasi gagal jantung
Takikardia, irama gallop
Kardiomegali
Peningkatan tonus simpatetik (berkeringat,gangguan pertumbuhan)
B. Tanda kongesti vena paru
Takipnu
Dispnu terutama saat aktivitas
Ortopnu
Wheezing dan ronki
C. Tanda kongesti vena sistemik
Hepatomegali
Peningkatan tekanan vena leher
edema





Pemeriksaan Penunjang




Tatalaksana
Tujuan
 Atasi gagal jantung
Diuretik
 Inotropik
 Vasodilator
Hilangkan faktor pencetus
(infeksi,anemia,aritmia)
 Hilangkan faktor penyebab


Terapi ditujukan untuk memperbaiki:

Preload ( tekanan pengisian ventrikel)
Afterload ( tekanan arteri dan tahanan terhadap pengosongan ventrikel)
Kontraktilitas miokardium
Kecepatan denyut jantung
Tatalaksana
Umum
Oksigen
Tirah baring, posisi setengah duduk
Sedasi: morfin/luminal
Retriksi cairan dan garam
Koreksi gangguan asam basa/elektrolit
Hilangkan faktor pencetus/pemberat
Ventilator: kasus dengan gagal nafas


Tatalaksana
Diuretik
Masih merupakan obat penting untuk gagal jantung
Mengurangi preload
Furosemid biasanya dipakai pada anak dg dosis 1-2 mg/kg/dosis
Efek samping: hipokalemia
Spironolakton sering dikombinasikan dg furosemid
Tatalaksana
Inotropik
Digoksin
Bersifat inotropik positif
Berpengaruh terhadap neurohormonal
Meningkatkan kepekaan atrial natriuretic peptide
Menurunkan efek RAA
Pemberian oral atau parenteral
Diberikan dengan hati-hati (rentang dosis terapeutik dan dosis toksis sempit)
Sebelum pemberian: lakukan EKG dan periksa elektrolit

Tatalaksana
Rekomendasi dosis digoksin oral

Tatalaksana
Efek digitalis pada EKG
Interval Qtc memendek
Pemendekan segmen ST
Frekuensi jantung berkurang
Gambaran EKG pada intoksikasi digitalis
Interval PR memanjang
Sinus bradikardi
Aritmia supraventrikular
Aritmia ventrikular (bigemini,trigemini)
Tatalaksana
Dopamin dan dobutamin
Inotropik parenteral
Mula kerja cepat dan lama kerja singkat
Disukai untuk gagal jantung berat
Sering digunakan dalam kombinasi

Tatalaksana
Vasodilator
Mengurangi afterload dengan cara mengurangi resistensi perifer melalui vasodilatasi arteri atau bahkan vena

Kaptopril : sering dipakai pada anak dengan dosis 0,1-1mg/kgBB/dosis setiap 8-12 jam

Sangat bermanfaat untuk gagal jantung akibat
Pirau kiri kekanan ( VSD,PDA)
Mitral atau aorta insufisiensi
Kardiomiopati dilatasi
Tatalaksana
Klasifikasi vasodilator berdasarkan efek farmakologik


Tatalaksana
Pemilihan obat
I. Diuretik:
II. Digoxin: Takikardia, atrial fibrilasi
Kaptopril: Pirau kiri kekanan besar
Kardiomiopati dilatasi
Aorta/mitral insufisiensi
Dopamin dan dobutamin: gagal jantung berat
III. Beta blocker:
- Bila ada disfungsi diastolik (seperti pada
kardiomiopati hipertropi)
- Penggunaan jangka panjang

Tatalaksana
Tujuan
 Atasi gagal jantung
Diuretik
 Inotropik
 Vasodilator
Hilangkan faktor pencetus
(infeksi,anemia,aritmia)
 Hilangkan faktor penyebab



Ringkasan
Gagal jantung pada anak merupakan sindrom klinis akibat ketidakmampuan miokardium memompa darah ke seluruh tubuh

Tatalaksana integratif dan komprehensif

Pemilihan obat diuretik,inotropik,vasodilator atau kombinasi berdasarkan hemodinamik dan penyebab

ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

dr. RIA NOVA Sp.A
ANAMNESIS
Pengertian
Anamnesis : pemeriksaan yang dilakukan dg wawancara

Autoanamnesis: langsung ke pasien
Aloanamnesis : semua keterangan diperoleh selain dari pasiennya sendiri
Orang tua
Wali
Keterangan dari dokter yang merujuk
Peran anamnesis
Berperan sangat penting dalam diagnosis dan tatalaksana penyakit anak
Cara tercepat dan satu-satunya menuju diagnosis
Misalnya: kejang demam
Sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya faktor-faktor yg mungkin menjadi latar belakang penyakit yang berguna dalam menentukan sikap untuk tatalaksana

anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam pemeriksaan klinis
Peran anamnesis
Pada semua pasien anak:
* mencakup masalah yang berhubungan
dengan penyakit sekarang
* mencakup riwayat pasien sejak dalam
kandungan ibu sampai saat dilakukan
wawancara
* Harus tergambar status kesehatan dan
status tumbuh kembang secara keseluruhan
Teknik Anamnesis
Ciptakan suasana kondusif agar orang tua atau pasien dapat mengemukakan keadaan pasien dg spontan dan wajar

Pemeriksa harus bersikap empatik dan menyesuaikan diri dg keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan serta emosi org yang diwawancara
Teknik anamnesis
Anamnesis dilakukan dg wawancara secara tatap muka

Keberhasilan anamnesis bergantung pada kepribadian,pengalaman dan kebijakan pemeriksa

Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan sedapat mungkin dihindari pertanyaan yg jawabannya “ya” atau “tidak”
Langkah – langkah anamnesis
Sistematika
Identitas pasien
Keluhan utama
Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pasien dalam kandungan ibu
Riwayat kelahiran
Riwayat makanan,imunisasi,riwayat TK& keluarga

Identitas Pasien
Merupakan bagian yang penting dlm anamnesis

Tujuan: memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yg dimaksud dan tidak keliru dg anak lain

Identitas terdiri dari
Nama
Umur : tgl lahir
Identitas pasien
Jenis kelamin:
Guna: identitas dan penilaian data pem. klinis
Nama OT:
Guna: agar tidak keliru dg orang lain
Alamat
Guna: agar dapat dihubungi, untuk kunjungan rumah,mempunyai arti epidemiologis
Umur/pendidikan/pekerjaan OT
Guna; identitas,menggambarkan keakuratan data,dapat ditentukan pola pendekatan anamnesis
Agama & suku bangsa
Guna: memantapkan identitas,berhubungan dg perilaku ttg kesehatan & penyakit
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama

Keluhan atau gejala yg menyebabkan pasien dibawa berobat

Keluhan utama tdk selalu merupakan keluhan yg pertama disampaikan oleh OT

Keluhan utama tidak harus sejalan dg diagnosis utama
Riwayat Perjalanan Penyakit
Disusun cerita yg kronologis,terinci dan jelas sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia berobat

Bila pasien telah berobat sebelumnya tanyakan kapan,kepada siapa, obat apa yg diberikan dan bagaimana hasilnya

Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pada dugaan penyakit menular, perlu ditanyakan apakah ada anak lain menderita penyakit yg sama

Pada dugaan peny. keturunan ( mis: asma) ditanyakan adakah saudara sedarah ada yg mempunyai stigmata alergi.

Perlu pula diketahui peny. yg mungkin berkaitan dg peny. sekarang (mis; peny. kulit mendahului peny. ginjal)
Hal-hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala
Lamanya keluhan berlangsung
Bagaimana sifat terjadinya gejala:
Mendadak/perlahan-lahan/terus menerus/berupa bangkitan/hilang timbul/berhubungan dg waktu
Keluhan lokal dirinci lokalisasi dan sifatnya:
Menetap/menjalar/menyebar/sifat penyebarannya/berpindah
Berat-ringannya keluhan dan perkembangannya
Menetap/cenderung bertambah berat/cenderung berkurang
Terdapatnya hal yg mendahului keluhan
Apakah keluhan tersebut pertama kali atau berulang
Apakah ada saudara atau tetangga menderita yg sama
Upaya yang telah dilakukan






Riwayat penyakit yg pernah diderita
Perlu diketahui karena mungkin ada hubungan dg penyakit sekarang

Misal: dugaan peny campak, bila OT mengatakan anaknya pernah sakit campak beberapa bulan lalu, maka dugaan tsb agaknya meragukan
Riwayat Kehamilan Ibu
Bagaimana kesehatan ibu selama hamil
Upaya yg dilakukan untuk mengatasi penyakit ibu
Obat-obatan yg diminum selama kehamilan muda
Talidomid : amelia/fokomelia
Infeksi virus yg terjadi pada TM I
Virus Rubella : sindrom rubela
Apakah merokok/minuman keras
Bayi yang lahir kecil
Anamnesis yg cermat mengenai makanan ibu
Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan teliti:
Tanggal dan tempat kelahiran
Siapa yg menolong
Cara kelahiran
Adanya kehamilan ganda
Keadaan setelah lahir
BB dan PB pada waktu lahir

Riwayat makanan
Dapat diperoleh keterangan tentang makanan yg dikonsumsi anak

Dinilai apakah kualitas dan kuantitas adekuat
(memenuhi AKG yg dianjurkan)

Pada bayi perlu diketahui susu apa yg diberikan: ASI / PASI
Riwayat Imunisasi
Status imunisasi pasien harus secara rutin ditanyakan
BCG,DPT,Polio,Hepatitis B

Guna : mengetahui status perlindungan pediatrik yg diperoleh dan dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (mis: polio)

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Riwayat pertumbuhan
Dapat ditelaah dari kurva BB/U dan PB/U
Kurva PB/U menggambarkan status pertumbuhan sebenarnya. Dari kurva ini dapat dideteksi riwayat penyakit kronik,MEP,penyakit endokrin
Kurva BB/U : mencerminkan riwayat kesehatan anak
Riwayat perkembangan
Tahapan perkembangan sesuai normal atau ada penyimpangan
Perlu ditanyakan beberapa patokan(milestones) dibidang motorik kasar,halus,sosial-personal dan bahasa.
Riwayat Keluarga
Perlu diketahui dg akurat untuk memperoleh gambaran keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien.

Banyak penyebab kesakitan maupun kematian dg latar belakang sosial ekonomi keluarga mis: malnutrisi atau TBC

Pelbagai jenis penyakit bawaan dan keturunan juga mempunyai latar belakang sosial budaya atau kecenderungan familial.
Pemeriksaan Fisik pada anak
Inspeksi (periksa lihat)
Palpasi (periksa raba)
Perkusi (periksa ketuk)
Auskultasi (periksa dengar)
Inspeksi
Inspeksi umum
Lihat perubahan secara umum
 kesan KU pasien
Inspeksi lokal
Lihat perubahan lokal
Palpasi
Pemeriksaan dgn meraba
Mempergunakan telapak tangan
Dg palpasi dpt ditentukan:
Bentuk
Besar  cm
Tepi  tajam/tumpul
Permukaan rata / berbenjol-benjol
Konsistensi lunak/keras/kenyal/kistik/fluktuasi
Palpasi abd : fleksi panggul & lutut
telapak tangan mendatar dg jari2,3,4
merapat

Perkusi
Tujuan: utk mengetahui perbd suara ketuk dpt ditentukan batas organ/massa
Perkusi:
Langsung : ujung jari2 atau 3
Tidak langsung:
jari 2 atau 3 tangan kiri diletakkan lurus pada bagian tubuh yang diperiksa sedangkan jari lainnya tdk menyentuh tubuh yg diperiksa ( sbg landasan )
Ketuklah jari ini pada falang bagian distal,proksimal kuku dg jari 2 atau 3 tangan kanan yang membengkok
Ketukan dilakukan dg engsel pergerakan terletak pada pergelangan tangan bukan pada siku
Suara perkusi
Sonor/pekak/timpani
Redup ( antara sonor dan pekak)
Hipersonor ( antara sonor dan timpani )
Auskultasi
Mempergunakan stetostop
Stetoskop binaural
Sisi membran: nada tinggi
Sisi sungkup: nada rendah
Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Kesan keadaan sakit :
Kesadaran
Status gizi
Tanda vital:
Nadi: frekuensi,irama,isi,kualitas,ekualitas
TD
Pernapasan
Suhu
Data antropometrik :
BB,TB, Lingk kepala, lingk dada,LLA, tebal lipatan kulit

Kesadaran  dapat dinilai bila os tdk tidur
Tingkatan:
Kompos mentis: sadar sepenuhnya
Apatik: sadar tapi acuh tak acuh
Somnolens : mengantuk,tdk respon thd stimulus ringan, respon thd stimulus agak keras
Sopor: tdk ada respons thd stimulusringan/sedang, refleks cahaya masih positif
Koma: tdk ada respon thd semua stimulus, refleks cahaya negatif
Delirium : kesadaran menurun serta kacau, biasanya disorientasi, iritatif dan salah persepsi

Nadi
Idealnya dihitung dalam keadaan tenang
Posisi berbaring atau duduk
Bayi/anak kecil: nadi dihitung dg meraba a.brakialis atau a.femoralis
Anak besar : nadi dihitung dg meraba a.radialis
Perabaan nadi dg ujung jari 2,3 dan 4 tangan kanan sedang ibu jari berada di bagian dorsal tangan anak
Sebaiknya penghitungan nadi bersamaan denyut jantung selama 1 menit penuh
Nadi
Frekuensi
Takikardi: frekuensi nadi lebih cepat dari normal
Demam :kenaikan suhu 1 derajat, nadi naik 15-20 kali/menit
Bradikardi:frek nadi lebih lambat dari normal
Irama : raba nadi dan auskultasi jantung
Normal : teratur
Disritmia
Kualitas nadi
Normal : cukup
Pulsus seler: nadi teraba sangat kuat akibat tek.nadi yg besar


Nadi
Pulvus parvus et tardus : nadi dg amplitudo rendah, terdapat pada stenosis aorta
Pulsus alternans : denyut nadi selang seling kuat dan lemah
Pulsus paradoksus : nadi teraba lemah saat inspirasi, normal atau kuat saat ekspirasi, pada tamponade jantung
Ekualitas nadi
Normal: teraba sama pada ke 4 ekstremitas
Koarktasio aorta: ekstr atas kuat sedangkan bawah lemah/tak teraba
Takayasu: sebaliknya
Tromboemboli arteri perifer: nadi distal tak teraba




Tekanan darah
Posisi : berbaring telentang dg lengan lurus disamping badan atau duduk dg lengan bawah diletakkan diatas meja  lengan berada setinggi jantung
Cara:
Pasang manset melingkari lengan atas atau tungkai atas dg batas bawah + 3 cm dari siku atau lipat lutut
Dg cepat manset dipompa sampai denyut nadi a.radialis atau dorsalis pedis tidak teraba, kemudian teruskan dipompa sampai 20-30 mmHg lagi.
Sambil mendengar dg stetoskop pada a.brakialis ( di fossa cubiti) atau a.poplitea ( di fosa poplitea), kosongkan manometer perlahan dg kecepatan 2-3 cm tiap detik.
Pada penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi korotkoff
Tekanan darah
Bunyi korotkoff :
I : bunyi pertama kali terdengar, berupa bunyi detak perlahan
II: seperti K I tetapi disertai bunyi desis
III: seperti K II tetapi lebih keras
IV: bunyi tiba-tiba melemah
V : bunyi menghilang
Tekanan sistolik:
Saat mulai terdengar bunyi K I
Normal: dilengan < 10-15 mmHg dari tungkai ( kecuali bayi < 1th)
Tekanan diastolik:
Saat mulai terdengar bunyi K IV
Pada bayi dan anak bersamaan /hampir sama dg menghilangnya bunyi K V
Bila melemah dan menghilangnya bunyi tak bersamaan hsl pemeriksaan ditulis keduanya,mis: 100/70/40 mmHg

Tekanan darah
Ideal : diukur pada ke 4 ekstremitas
Lengan atas kanan
TD sistolik dan diastolik tinggi : kel.ginjal
TD sistolik tinggi tanpa peningkatan diast ( tekanan nadi besar ): PDA, AI, fistula, anemia,anxietas ( hiperkinetik)
TD sistolik rendah dg tek diast normal ( tek nadi kecil) : stenosis aorta
TD sistolik dan diastolik menurun : syok

Pernapasan
Frekuensi
Takipnu
Bradipnu
Dispnu : kesulitan bernapas ditandai pernapasan cuping hidung, retraksi subc,ics,suprasternal,sianosis
Irama/keteraturan
Kedalaman
Tipe/pola pernapasan
Bayi : abdominal/diafragma
Anak besar : torakal
Pernapasan
Frekuensi pernapasan dapat dihitung dgn cara :
Inspeksi:
Pemeriksa melihat gerakan napas dan menghitung frekuensinya ( tdk praktis dan tdk dianjurkan )
Palpasi
Tangan pemeriksa diletakkan pada dinding dada,kmd dihitung gerakan pernapasan yang terasa pada tangan sementara pemeriksa memperhatikan jarum jam
Auskultasi
Dengan stetoskop didengarkan dan dihitung bunyi pernapasan

Semua perhitungan harus dilakukan selama satu menit penuh
Suhu
Diukur dg termometer badan
Umumnya diukur suhu aksilla
Sebelum termometer dipakai permukaan air raksa diturunkan sampai dibawah 35 C
Bayi < 2 thn : suhu dpt diukur di rektum ( dg termometer rektal) dg posisi bayi tidur miring dg lutut sedikit dibengkokkan
Anak > 6 th : dapat diukur suhu oral ( letakkan termometer dibawah lidah/sublingual)
Semua pengukuran suhu harus selama 3 menit

Berat badan
Alat
Bayi : timbangan bayi
Anak : timbangan berdiri
Cara
Sebelum menimbang, periksa alat apakah sudah seimbang ( jarum menunjuk angka 0 )
Waktu
Sampai umur 1 th : tiap bulan
1th-3 th : tiap 3 bulan
3th-5 th : tiap 6 bulan
>5 th : setiap tahun
Normal : 4 bln : 2 x BBL
1 thn : 3 x BBL

Lingkaran kepala
Bayi < 2 th : rutin diukur
Alat : pita metal yang fleksibel
Cara:
Letakkan pita menlingkari kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata dan bagian belakang kepala yang paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalis
Normal
Lahir : sekitar 35 cm
Umur 6 bulan : 43,5 cm
1 th : bertambah 12 cm dari waktu lahir
Umur 6 th : bertambah lagi 6 cm
Dewasa : 55 cm
Lingkaran dada
Alat : pita metal
Umumnya diukur hanya pada bayi < 2 th
Cara:
Letakkan pita mengelilingi dada melalui putting susu dalam keadaan ekspirasi maksimal
Normal : lingk. Dada BBL adalah 2 cm lebih kecil dari lingkaran kepala.Kemudian lingkaran dada menjadi lebih besar dari kepala karena dada tumbuh lebih cepat

Lingkaran lengan atas
Alat :pita pengukur lingkar lengan atas
Cara :
Lingkarkanlah pita pengukur pada pertengahan lengan kiri, antara akromion dan olekranon
Pada BBL
LLA 11 cm
Umur 1 th : 16 cm
Umur 5 th : 17 cm
Tebal lipatan kulit
Alat : kaliper lipatan kulit ( skinfold calipers )
Cara
Lipatan kulit yang diukur : triseps, subskapular, suprailiaka
Pengukuran dilakukan dengan mencubit kulit sampai terpisah dari otot dasarnya
Kemudian lipatan kulit tersebut diukur dengan kaliper
Tinggi Badan
Alat
Bayi: alat pengukur terbuat dari kayu yang salah satu ujungnya memp. Batas tetap sedang ujung lain dapat digerakkan
Anak : diukur berdiri tanpa sepatu dan telapak kaki dirapatkan
Normal:
PBL: 50 cm
Umur 1 thn : 1,5 kali PBL
Umur 4 thn :2 kali PBL
Tinggi badan waktu duduk
Anak disuruh duduk diatas permukaan yg keras dan bersandar tegak pada dinding
Ukurlah jarak antara permukaan itu dg ujung kepala. Jarak ini adalah tinggi waktu duduk

Pada waktu lahir tinggi duduk 70% TB. Perbandingan ini menurun sehingga pada umur 2 th menjadi 60% dan pada umur 10 th 52% .Bila tinggi duduk mencapai 50% dikatakan tubuh tipe dewasa. Tubuh dg tipe infantil persisten  gangguan pertumbuhan

Kulit,Rambut dan KGB
Kulit
Warna
Sianosis
Ikterus
Paling jelas disklera,kulit serta selaput lendir
Bilirubin indirek: kuning terang
Bilirubin direks kuning kehijauan
Bedakan dg karotenemia : kuning di telapak tangan/kaki,tdk pada sklera
Pucat
Paling baik dinilai pada telapak tangan/kaki,kuku,mukosa mulut dan konjungtiva


KGB: memerlukan perhatian khusus
Yang diperiksa
KGB oksipital
KGB retroaurikuler
KGB servikal anterior
KGB inguinal
Rinci
Ukuran,bentuk, mobilitas, tanda radang
KGB teraba sampai 3 mm : normal
KGB di servikal/inguinal < 1cm : normal
KGB tak teraba : agamaglobulinemia ?
Kepala dan Leher
Mata
Bercak Bitot : def.vit A
Massa putih berbusa berbentuk segitiga dg puncak menghadap ke arah luar kornea
Mulut
Trismus : kesukaran membuka mulut
Sebaiknya diukur berapa mm/cm mulut dpt dibuka ( diukur dari ujung gigi seri atas dan bawah)
Faring
Perhatikan dinding posterior ( hiperemia,edema,abses,post nasal drip )
Tonsil : nyatakan besarnya dlm To,T1,T2,T3
Leher
Tortikolis: kel posisi kepala miring kesatu sisi dan terputar kesisi lain akibat pemendekan m.sternokleidomastoideus
Ukur tekanan vena yugularis:
Posisi pasien telentang dg dada dan kepala diangkat 15-30 derajat
Lihat batas atas distensi vena yugularis,bila perlu dg mengosongkan terlebih dulu dg menekan bag.kranial vena dan mengurut kearah kaudal,kemudian dilepas

Dada
Inspeksi
Dinding dada
Bentuk dan besar dada
Simetri dada dalam keadaan statis /dinamis
Bentuk dada
Pektus ekskavatum
Sternum bagian bawah serta rawan iga masuk ke dalam terutama inspirasi
Pektus karinatum
Sternum menonjol biasanya disertai depresi vertikal kostokondral
Barrel chest
Dada berbentuk bulat seperti tong
Sternum terdorong kearah depan dg iga-iga horizontal
Paru
Inspeksi : cukup pada waktu inspeksi dada
Palpasi
Letakkan telapak tangan serta jari-jari pada seluruh dinding dada dan punggung
Tentukan:
Simetri/asimetri toraks, kel.tasbih,benjolan
Fremitus suara
Mudah dilakukan pada anak yang menangis atau anak yang bisa diajak bicara ( suruh katakan tujuh puluh tujuh)
Meninggi : konsolidasi
Berkurang:atelektasis, efusi, tumor
Krepitasi subkutis ( terdapatnya udara dibawah jaringan kulit)

Perkusi
Dapat dilakukan dg 2 cara
Langsung
Tidak langsung
Suara perkusi
Normal: sonor
Abnormal : hipersonor/ redup
Suara perkusi berkurang : redup atau pekak
Daerah pekak hati
Setinggi iga ke6 garis aksilaris media kanan
Pekak hati menunjukkan peranjakandg gerakanpernapasan yakni menurun pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi
Peranjakan berkisar antara 1-2 sela iga, sulit diperiksa pada anak < 2 th
Pekak hati meninggi : hepatomegali,massaintraabd, atelektasis, kolaps paru kanan
Pekak hati menurun pada asma/emfisema paru


Auskultasi
Deteksi suara napas dasar dan tambahan
Dilakukan diseluruh dada dan punggung
Stetoskop sebaiknya ditekan dg cukup kuat pada sela iga
Dimulai dari atas kebawah dan bandingkan kanan dan kiri dada
Suara napas dasar


Auskultasi
Suara napas dasar
Vesikuler :
Terjadi karena udara masuk dan keluar melalui jalan napas
Saat inspirasi lebih keras dan lebih panjang
Terdengar seperti membunyikan ‘ffff’ dan’wwww’
Bronkial
Terdengar inspirasi keras yang disusul oleh ekspirasi yang lebih keras
Dapat disamakan dg bunyi ‘khkhkhkh’
Amforik
Menyerupai bunyi tiupan diatas mulut botol kosong
Terdengar pada caverne



Suara napas tambahan
Ronki basah( rales)
Suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-putus akibat getaran yg terjadi karena cairan dlm jln napas dilalui udara
RBH : dari duktus alveolus,bronkiolus,bronkus halus
RBS : dari bronkus kecil atau sedang
RBK: dari bronkus diluar jaringan paru
RB nyaring: berarti nyata benar terdengar karena suara disalurkan melalui benda padat ( infiltrat/konsolidasi)kan melalui media normal ( tdk ada infiltrat/konsolidasi)
RB tak nyaring suara ronki disalur
Ronki kering ( rhonchi)
Suara kontinu yg terjadi karena udara melalui jalan nafas yang sempit
Lebih jelas terdengar pada ekspirasi

Jenis ronki kering yang terdengar lebih musikal atau sonor

Wheezing ( mengi )
Sering terdengar fase ekspirasi
Mengi fase inspirasi : obstruksi sal. napas atas
Mengi fase ekspirasi : obstruksi sal.napas bawah( asma, bronkiolitis)
Krepitasi
Suara membukanya alveoli
Normal dibelakang bawah dan samping pada inspirasi dalam
Patologis : pada pneumonia
Pleural friction rub
Bunyi gesekan pleura
Suara gesekan kasar seolah-olah dekat telinga
Paling jelas akhir inspirasi
Biasanya terdengar di bagian bawah belakang paru
Jantung
Palpasi

Perkusi
Auskultasi




Abdomen
Pada bayi dan anak kecil pem.abdomen seringkali didahulukan dari bagian tubuh lain
Pada pemeriksaan abdomen palpasi paling berperan. Tapi auskultasi dilakukan lebih dulu (agar interpretasi auskultasi tidak salah karena setiap manipulasi abdomen akan mengubah bunyi peristaltik usus)
Hasil pemeriksaan selain dinyatakan dg kata atau angka, dianjurkan untuk digambarkan secara skematis.

Auskultasi
Normal : suara peristaltik terdengar sbg suara dg intensitas rendah dan terdengar tiap 10-30 dtk
Bising usus meningkat : obstruksi (bunyi metalik)
Bising usus berkurang/hilang : peritonitis/ileus
Perkusi
Adanya cairan ( asites)
Adanya udara
Batas hati
Batas massa intraabdominal

Cara deteksi asites
Dilakukan perkusi sistemik dari umbilikus ke arah lateral dan bawah untuk mencari batas berupa garis konkaf antara daerah yang timpani dengan daerah pekak yang terdapat bila ada asites
Menentukan daerah redup yang berpindah ( shifting dullness) dg melakukan perkusidari umbilikus kesisi perutuntukmencari daerah redup atau pekak; daerah redup iniakan menjadi timpani bila anak berubah posisi dg cara miringkan pasien
Tentukan adanya gelombang cairan (fluid wave) atau disebut cara undulasi (bila asites sangat banyak serta dinding abdomen tegang)

Cara undulasi (posisi telentang)
Dilakukan pada asites yang sangat banyak serta dinding abdomen tegang
Caranya satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi perut pasien, sedangkan jari tangan satunya mengetuk-ngetuk dinding perut sisi lainnya.Sementara itu dg pertolongan orang lain gerakan yg diantarkan melalui dinding abdomen dicegah dg jalan meletakkan satu tangan ditengah abdomen pasien dg sedikit menekan. Pada asites dpt dirasakan gelombang cairan pada tangan pertama atau dpt didengar dg stetoskop
Posisi anak tengkurap
Tentukan daerah redup pada bagian terendah perut dg posisi anak tengkurap dan menungging ( knee chest position)
Dilakukan pada anak besar dg asites sedikit ( puddle sign)

Pekak hati
Ditentukan dg perkusi
Pekak hati hilang bila terdapat udara bebas dalam rongga abdomen : disebut pneumoperitoneum (pada perforasi usus/trauma tusuk)
Fenomena papan catur
Pada peritonitis tbc tanpa asites
Berupa daerah redup dan timpani berselang-seling
Kelainan ini sulit dideteksi pada bayi atau anak kecil
Palpasi Hati
Dilakukan dg ujung jari
Patokan : proyeksi 2 grs ini ( misalnya 1/3-1/2 ) atau dinyatakan dalam cm, lebih jelas bila digambar
Garis yang menghubungkan pusat dg titik potong garis midklavikularis kanan dengan arkus kosta
Garis yang menghubungkan pusat dg prosesus xifoideus
Penilaian
Konsistensi, tepi, permukaan, nyeri
Palpasi Limpa
Besarnya limpa diukur menurut cara schuffner
Jarak maksimum dari pusat ke garis singgung pada arkus kosta kiri dibagi 4 bagian yang sama
Garis ini diteruskan ke bawah shg memotong lipat paha,garis dari pusat ke lipat paha inipun dibagi menjadi 4 bagian yg sama
Pembesaran limpa dinyatakan dg memproyeksikan kebagian ini.
Limpa yang membesar sampai kepusat dinyatakansbg SIV, sampai lipat paha S VIII
Beda splenomegali dg pembesaran lobus kiri hati
Ikut bergerak pada pernapasan
Insisura lienalis
Dapat didorong kemedial, lateraal dan atas
Ginjal
Normal : tidak dapat diraba kecuali pada neonatus
Abnormal : ginjal dapat diraba dg cara ballotement
Cara:
Letakkan tangan kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh pasien sedemikian sehingga jari telunjuk berada di angulus kostovertebralis.
Kemudian jari telunjuk ini menekan organ atau massa keatas, sementara itu tangan kanan melakukan palpasi secara dalam dari anterior dan akan merasakan organ atau massa tersebut menyentuh,lalu ‘jatuh’ kembali
Pemeriksaan Neurologis
Refleks patologis
Babinsky
Gores permukaan plantar kaki dg alat yg sedikit runcing
Positif bila terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dg menyebarnya jari-jari yg lain
Normal pada bayi umur sampai 18 bln
Abnormal pada lesi piramidal
Oppenheim
Tekan sisi medial pergelangan kaki
Refleks yg terjadi seperti Babinsky


Refleks patologis
Refleks Hoffmann
Dilakukan ketukan pada falang terakhir jari kedua
Positif terjadi fleksi jari pertama dan ketiga
Terdapat pada lesi piramidal dan tetani
Klonus pergelangan kaki
Lakukan dorsofleksi kaki pasien dg cepat dan kuat sementara sendi lutut diluruskan dg tangan lain pemeriksa yang diletakkan difossa poplitea
Positif terjadi gerakan fleksi dan ekstensi kaki secara terus menerus dan cepat
GRM
Kaku kuduk
Pasien telentang
Bila lehernya ditekuk secara pasif terdapat tahanan shg dagu tdk dapat menempel pada dada
Brudzinski I: letakkan 1 tangan pemeriksa dibawah kepala pasien, tangan lain diletakkan didada pasien agar badan tdk terangkat, kemudian kepala pasien difleksi kedada secara pasif. Bila ada GRM maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.
Brudzinski II: Pasien telentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.
Kernig: pasien telentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus,kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.

IMUNISASI

  Kuliah Blok VII (Infeksi –Imunologi) FK UNSRI

Palembang, Juli 2007

Sasaran Belajar

l  Mampu menjelaskan:

l  Imunisasi aktif dan pasif

l  Jenis-jenis vaksin (seperti vaksin ‘whole-cell” dan vaksin subunit)

l  Penggunaan adjuvant dalam imunisasi

l  Problem imunisasi

l  Mengerti terminologi “pengawasan cold-chain” dan kondisi penyimpanan berbagai jenis vaksin yang berbeda

l  Cara pemberian

l  Kontraindikasi imunisasi (side-effect)

l  Extended Program of Immunization (EPI) atau Program Pengembangan Imunisasi (PPI) di Indonesia

l  Penyakit –penyakit yang menjadii sasaran imunisasi di Indonesia

l  Jadwal Imunisasi

l  Pendahuluan

l  Imunisasi

l  > berhasil

l  Sangat cost-effective

l  Penyakit infeksi

l  Pendahuluan

l  Situasi penyakit infeksi terkini:

l  WHO Report 2000: penyakit infeksi: > 14 juta kematian pada 1999, atau 25% dari seluruh kematian di dunia (Tabel)

               

l  Pendahuluan

Tabel Kematian Global pada 1999 (ribu)

l  Pendahuluan

l  Konsep pengendalian, eliminasi dan eradikasi

l  Upaya melawan penyakit à pengendalian:

l  Reduksi insidens, prevalens, morbiditas, atau mortalitas penyakit ke tingkat yang dapat diterima secara lokal sebagai hasil suatu upaya yang digagaskan

l  Intervensi kontinyu à mempertahankan reduksi

l  Pemutusan transmisi penyakit infeksi à eliminasi (reduksi ke “nol” insidens penyakit infeksi tertentu di wilayah geografis yang ditetapkan sebagai hasil upaya yang digagaskan)

l  Pendahuluan

l  Konsep pengendalian, eliminasi dan eradikasi

l  Eliminasi penyakit di seluruh bagian dunia à eradikasi (reduksi permanen ke “nol” insidens infeksi yang disebabkan oleh agen tertentu di seluruh dunia sebagai hasil dari upaya yang digagaskan), setelah itu intervensi dapat dihentikan.

l  Sampai saat ini smallpox merupakan satu-satunya penyakit yang dapat dieradikasi

l  Pendahuluan

l  Imunitas dan imunisasi

l  Imunitas terhadap penyakit menular melindungi individu dari infeksi.

l  Beberapa jenis imunitas:

l  Innate immunity / kekebalan alamiah

l  Acquired immunity / kekebalan didapat

l  Imunitas aktif à terpapar organisme, vaksin

l  Imunitas pasif à temporer, transmisi antibodi maternal ke fetus, imunoglobulin atau antitoxin

l  Prinsip Dasar Imunisasi

l  Menghasilkan antibodi (imunoglobulin)

l  Mengaktifkan limfosit dan makrofag

l  Tujuan Imunisasi

Mencegah penyakit pada individu atau kelompok (immediate goal)

Menurunkan prevalensi penyakit (mengubah epidemiologi penyakit)

Eradikasi penyakit (final goal)

l  Tujuan Imunisasi

l  Herd immunity:

l  bentuk lain dari proteksi yang diperoleh melalui imunisasi aktif populasi yang berisiko dalam proporsi yang bermakna.

l  ↑ jumlah individu yang tidak terkena & tidak dapat menularkan suatu penyakit à perlindugan terhadap orang yang non imun

l  Tujuan Imunisasi

l  Definisi dan Konsep Umum

l  Vaksinasi: pemberian vaksin atau toksoid (inactivated toxin) untuk mencegah penyakit.

l  Imunisasi:

l  proses merangsang kekebalan atau memberikan proteksi terhadap penyakit secara artifisial melalui vaksinasi (imunisasi aktif) atau pemberian antibodi (imunisasi pasif)

l  Tdd:

l  Imunisasi aktif

l  Imunisasi pasif

l  Definisi dan Konsep Umum

l  Imunisasi aktif:

l  pemberian seluruh atau bagian dari mikroorganisme atau produk mikroorganisme yang diubah (seperti toxoid, antigen yang dimurnikan, antigen yang dihasilkan melalui genetic engineering) untuk merangsang respons imunologis yang menyerupai infeksi alamiah tetapi umumnya tidak berisiko atau sedikit berrisiko bagi resipien.

l  merangsang sistem imun untuk menghasilkan antibodi dan respons imun selular yang melindungi dari agen infeksius.

l  Definisi dan Konsep Umum

l  Imunisasi à antitoxin, antiadherence, anti-invasif, atau aktivitas netralisasi atau jenis perlindung respons humoral atau selular lainnya pada resipien.

l  Perlindungan yang dihasilkan

l  Seumur hidup

l  Parsial

l  Definisi dan Konsep Umum

l  Imunisasi pasif:

l  memberikan proteksi sementara melalui pemberian antibodi yg diproduksi eksogen, seperti imunoglobulin.

l  Juga terjadi secara alamiah melalui transmisi Ab transplasental ke janin yang memberikan proteksi terhadap banyak penyakit infeksi untuk beberapa  bulan pertama kehidupan bayi.

l  Agen imunisasi meliputi vaksin, toksoid, antitoksin, dan imun globulin yang berasal dari manusia atau donor hewan (Tabel 1.)

l  Definisi dan Konsep Umum

l  Definisi dan Konsep Umum

l  Sebagian besar agen imunisasi mengandung preservatif, stabilizers, antibiotik, adjuvan, dan suspending fluid (Tabel 2.).

l  Definisi dan Konsep Umum

Tabel 2. Kandungan Vaksin

l  Jenis-jenis Vaksin

l  Jenis-jenis Vaksin

l  Vaksin

l  Live-attenuated atau killed microorganisms

l  Produk yang diinaktifkan

l  Komponen spesifik

l  Segmen DNA rekombinan

l  Jenis-jenis Vaksin

l  Live attenuated vaccine:

l  Virus atau bakteri liar yang dilemahkan (attenuated) di lab, biasanya dengan pembiakan berulang-ulang

l  Mampu replikasi & menimbulkan kekebalan, tidak menyebabkan sakit

l  Respons imun pejamu ~ infeksi alamiah primer à lifelong immunity

l  Jenis-jenis Vaksin

l  Inactivated vaccine:

l  Bakteri / virus dibiak à dibuat tidak aktif (inactivated)

l  Keseluruhan atau fraksi virus / bakteri

l  Basis vaksin fraksi: protein atau polisakarida

l  à lifelong immunity (-) à perlu booster secara berkala

l  Jenis-jenis Vaksin

l  Inactivated vaccine:

l  Jenis:

l  Whole organism

l  Purified protein atau antigen polisakarida dari whole organism

l  Purified antigen yang dihasilkan dari genetically altered organism

l  Chemically modified antigen

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Jadwal untuk tiap negara tidak sama à dasar:

l  epidemiologically relevant,

l  immunologically effective,

l  operationally feasible, dan

l  socially acceptable

l  Prioritas:

l  Pemberian rangkaian imunisasi primer anak

l  Perlindungan terhadap wanita dewasa dan bayinya terhadap tetanus

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Imunisasi rutin pada bayi

l  Rekomendasi usia saat vaksin diberikan tergantung pada:

l  Age-specific burden of disease

l  Harus diberikan sebelum usia anak berisiko terkena penyakit

l  Age-specific immunologic response to vaccines

l  Secara umum diberikan pada kelompok usia termuda yang dapat membentuk respons imun adekuat dengan kejadian samping minimal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Potential interference with the immune response by passively transferred maternal antibody

l  Age-specific risks of vaccine-associated complications

l  Programmatic feasibility

l  Pemberian vaksin lebih dini à mempermudah mencapai cakupan yang tinggi

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pengembangan Program Imunisasi (PPI) atau Expanded Program of Immunization (EPI):

l  program pemerintah dalam imunisasi guna mencapai komitmen internasional yaitu universal child immunization

l  Eradikasi polio

l  Eliminasi tetanus maternal dan neonatal

l  Reduksi campak

l  Peningkatan mutu pelayanan imunisasi

l  Menetapkan standar safe injection practices

l  Keamanan pengelolaan limbah tajam

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Jadwal imunisasi di Indonesia yang direkomendasikan oleh IDAI dan diwajibkan oleh pemerintah (PPI) (Tabel 4 dan Tabel 5)

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Pemilihan Vaksin dan Jadwal

l  Vaksin BCG

l  Vaksin BCG

l  Vaksin BCG

l  Vaksin Hepatitis B

l  Vaksin Hepatitis B

l  Vaksin Hepatitis B

l  Vaksin Hepatitis B

l  Vaksin Hepatitis B

l  Vaksin Hepatitis B

l  Vaksin Hepatitis B

l  Vaksin Polio

l  Vaksin Polio

l  Vaksin Polio

l  Vaksin Polio

l  Vaksin Polio

l  Vaksin Polio

l  Vaksin Toksoid Tetanus

l  Vaksin Difteri-Tetanus-Pertusis

l  Vaksin Difteri-Tetanus-Pertusis

l  Vaksin Difteri-Tetanus-Pertusis

l  Vaksin Difteri-Tetanus-Pertusis

l  Vaksin Difteri-Tetanus-Pertusis

l  Vaksin Difteri-Tetanus-Pertusis

l  Vaksin Campak

l  Vaksin Campak

l  Vaksin Mumps-Measles-Rubella

l  Vaksin Mumps-Measles-Rubella

l  Vaksin Polisakarida

l  Vaksin Tifoid

l  Vaksin Hepatitis A

l  Vaksin Meningokokus

l  Vaksin Meningokokus

l  Vaksin Varisela

l  Vaksin Varisela

l  Vaksin Influenza

l  Vaksin Influenza

l  Prosedur Vaksinasi

l  Penyimpanan & transportasi vaksin

l  Persiapan alat & bahan: untuk vaksinasi & mengatasi gawat – darurat

l  Persiapan pemberian:

l  Anamnesis, umur, jarak dengan vaksinasi sebelumnya, riwayat KIPI, indikasi kontra dan perhatian khusus

l  Informed consent: manfaat, risiko KIPI

l  Pemeriksaan fisik

l  Prosedur Vaksinasi

l  Cara pemberian:

l  Dosis, interval

l  Lokasi, sudut, kedalaman

l  Pemantauan KIPI

l  Sisa vaksin, pemusnahan alat suntik

l  Pencatatan

l  Prosedur Vaksinasi

l  Prosedur Vaksinasi

l  Penyimpanan dan Distribusi

Vaksin bakteri/ virus inaktif:

*        Vaksin yg sangat sensitif thd panas/sinar dibuat berupa bubuk ( freeze-dried powders)

*        Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan di  freezer atau pd  +2°C sampai +8°C

*        Setelah dicampur segara disuntikkan;

*        Vaksin OPV/polio Sabin simpan beku

l  Penyimpanan dan Distribusi

l  Penyimpanan dan Distribusi

*        Vaksin Sensitif / Labil pada Suhu Ruangan

*        BCG (Bacille Calmette-Guérin)

*        Measles-mumps-rubella (MMR)

*        Oral Polio Vaccine (OPV)

*        Varicella

*        Yellow fever

*        Semua vaksin rekonstitusi

l  Penyimpanan dan Distribusi

*        Diphtheria-tetanus-pertussis

*        Haemophilus influenzae type b

*        Hepatitis B

*        Hepatitis A

*        Vaksin Influenza

*        Pneumococcal (polysaccharide and conjugate)

*        Meningococcal (polysaccharide and conjugate)

*        Semua vaksin kombinasi

*        Pelarut vaksin

l  Penyimpanan dan Distribusi

*        Vaksin yang sensitif pada paparan sinar

*        BCG (Bacille Calmette-Guérin)

*        Vaksin rekonstitusi measles-Mumps-Rubella (MMR)

*        Oral Polio Vaccine (OPV)

l  Penyimpanan dan Distribusi

Amati adakah perbedaan bentuk vaksin yang terpapar panas atau beku dengan vaksin yang tersimpan baik, selama kurang lebih 30-60 menit

l  Penyimpanan dan Distribusi

l  Penyimpanan dan Distribusi

l  VACCINE VIAL MONITOR (VVM)

l  VACCINE VIAL MONITOR (VVM)

l  VACCINE VIAL MONITOR (VVM)

l  Perubahan warna vaksin polio
karena perubahan pH

l  VAKSIN BCG

l  VAKSIN BCG

l  VACCINE VIAL MONITOR (VVM)

l  VACCINE VIAL MONITOR (VVM)

l  Rantai dingin

l  Rantai dingin / cold chain: sistem yang diperlukan untuk memastikan bahwa vaksin disimpan dan diedarkan pada suhu yang sesuai.

l  Pada negara tropis + masalah logistik:

l  Perlengkapan pendingin <

l  Sumber daya atau pasokan bahan bakar <

l  Ancaman bagi potensi vaksin

l  Rantai dingin

l  Rantai dingin

l  Rantai dingin

l  Rantai dingin

l  KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

l  KIPI

l  KIPI

l  KIPI

l  KIPI

l  KIPI

l  PENYUNTIKAN DAN PENETESAN VAKSIN

l  Bicara pada bayi dan anak

l  Tentukan lokasi penyuntikan : paha, lengan

l  Posisi bayi / anak : nyaman dan aman

l  Desinfeksi

l  Pegang; peregangan kulit, cubitan

l  PENYUNTIKAN DAN PENETESAN VAKSIN

l  Penyuntikan: dosis, sudut, cara

l  Tetesan: dosis, hati-hati dimuntahkan

l  Penekanan bekas suntikan

l  Membuang alat suntik bekas

l  Penulisan tanggal vaksinasi di kolom yang sudah disediakan

l  TEKNIK PENYUNTIKAN DAN PENETESAN

l  TEKNIK PENYUNTIKAN DAN PENETESAN

l  TEKNIK PENYUNTIKAN DAN PENETESAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  Bayi digendong pengasuh,

l  Anak dipeluk menghadap pengasuh(chest to chest)

l  Otot yang akan disuntik : lemas (relaks)

l  Tungkai : sedikit rotasi ke dalam

l  Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku

l  Jarum disuntikan dengan cepat

l  Bila suntikan lebih dari 1 kali, disuntikan bersamaan

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

Pedoman Penyuntikan Subkutan*

* Penyuntikan subkutan untuk imunisasi MMR, Hib, varisela

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

Pedoman Penyuntikan Intramuskular*

*

 Penyuntikan intramuskular untuk DPT, DT, TT, Hib, Hepatitis A dan B, influenza

l  UKURAN JARUM

l  Intramuskular di paha mid-anterolateral

l  Neonatus

l  kurang bulan / BBLR : 5/8 inch(15,8 mm)

l  cukup bulan : 7/8 inch(22,2 mm)

l  1 –24 bulan : 7/8 –1 inch (22,2-25,4 mm)

l  Intramuskular di deltoid

l  > 2 thn (tergantung ketebalan otot): 7/8 –1,25 inch(22,2 -31,75 mm)

l  Usia sekolah dan remaja : 1,5 inch(38,1mm)

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  Arah sudut jarum pada suntikan intramuskular

l  Sudut 45-60o ke dalam otot vastus lateralis atau otot deltoid

l  Untuk otot vastus lateralis: jarum diarahkan ke lutut

l  Untuk otot deltoid: jarum diarahkan ke pundak

l  Tempat suntikan yang dianjurkan

l  Anterolateral paha, atau lengan atas (pada bayi)

l  BCG: kulit di atas insersi otot deltoid

l  Lokasi suntikan pada deltoid:

l  Pada tengah otot, separuh antara akromion dan insersi pada tengah humerus.

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  TEKNIK DAN POSISI PENYUNTIKAN

l  POSISI ANAK KETIKA DIVAKSINASI

l  POSISI ANAK KETIKA DIVAKSINASI

l  POSISI ANAK KURANG AMAN

l  PENETESAN VAKSIN POLIO

l  PENCATATAN

l  Nama dagang dan produsen

l  No. lot / seri vaksin

l  Tgl penyuntika

l  Bagian tubuh yang disuntik (deltoid kiri, paha kanan mis)

l  SISA VAKSIN

l  BCG

l  setelah dilarutkan harus segera diberikan dalam 3 jam(simpan dalam suhu 2 –8 C)

l  Polio

l  Setelah dibuka harus segera diberikan dalam 7 hari(simpan dlm suhu 2 –8 C)

l  SISA VAKSIN

l  DPT

l  Bila ada penggumpalan atau partikelyang tidak hilang setelah dikocok 􀃆jangan dipakai

l  Campak

l  Setelah dilarutkan harus diberikan dlm 8 jam(simpan dlm suhu 2 –8 C)

l  PEMANTAUAN SETELAH VAKSINASI

l  Perhatikan keadaan umum

l  Tunggu 30 menit di ruang tunggu

l  SAFE INJECTION

l  Mengapa perlu?

l  Estimasi WHO : 30 % suntikan imunisasi tidak aman (WHO bull. Oktober, 1999)

l  Imunisasi rutin(Soewarta,1999: 4 propinsi): –tidak disterilkan : spuit 38%, jarum 23 %–alat suntik pakai ulang :krn tidak ada jarum (18%), tidak ada spuit (4%)

l  Aman bagi

l  Yang disuntik

l  Penyuntik

l  lingkungan

l  SAFE INJECTION

*        Suntikan dapat menularkan : hepatitis B, Hepatitis C, HIV, jamur, parasit, bakteri, menyebabkan abses

*        Penyebaran melalui suntikan lebih cepat daripada melalui udara, mulut atau seks

l  SAFE INJECTION

TIDAK AMAN BAGI YANG DISUNTIK

*        Vaksin

*        Suhu > 8°C, atau VVM telah terpapar panas

*        Botol vaksin bocor, retak, atau terpasang jarum

*        Ada partikel dalam larutan

*        Telah dilarutkan lebih dari 6 jam

*        Beku : DPT, DT, TT, HepB, Hib (tidak boleh beku)

*        Uji kocok tetap menggumpal (kecuali HepB atau Hib)

l  SAFE INJECTION

*        Alat suntik

l  Spuit disposable dipakai ulang

l  Hanya mengganti jarum

l  Tidak dibersihkan dulu langsung disterilkan

l  Hanya dengan desinfektan

l  Membakar jarum di api

l  Merebus dalam panci terbuka

l  Menyentuh ujung jarum

l  SAFE INJECTION

*        Cara melarutkan / pengambilan vaksin

*        Cairan pelarut untuk vaksin lainatau > 8°C

*        1 spuit diisi beberapa dosis sekaligus

*        jarum ditinggalkan menancap di vial

*        Mencampur isi 2 vial

*        Lokasi, posisi , kedalaman penyuntikan

*        Tidak ada alat / obat gawat -kedaruratan

l  SAFE INJECTION

*        Menekan luka berdarah dengan jari (semua cairan tubuh dapat menularkan kuman)

*        Membawa atau meletakkan alat suntik bekas sembarangan (tidak langsung membuang ke kotak limbah)

*        Menyentuh atau mencabut jarum suntik

l  SAFE INJECTION

*        Menutup kembali (recapping) jarum suntik

*        Mengasah jarum bekas

*        Memilah-milah tumpukan jarum bekas

*        Tidak ada alat / obat gawat darurat

l  TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH

l  PEMUSNAHAN KOTAK DAN ISI LIMBAH

*        Dibakar dalam insinerator khusus (suhu 600 -1100°C)

*        risiko pencemaran kecil

*        Rp. 10 –30 juta, BBM / kayu bakar

*        Dibakar dalam lubang atau drum

*        Digiling

*        Milling atau shreeding

*        Serbuk masih infeksius

*        375-750 alat suntik / jam

*        listrik 750 w